JAKARTA, KOMPAS.TV- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso menyatakan, jika pemerintah jadi mengimpor beras 1 juta ton, pihaknya akan kesulitan menyimpan beras tersebut.
Menurut pria yang biasa dipanggil Buwas ini, di gudang Bulog juga masih ada beras sisa impor dari tahun 2018.
"Gudang kami bisa menyimpan hingga 3,6 juta ton. Kalau kami membeli sebanyak apapun kami siap, asalkan hilirnya dipakai," kata Buwas dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Senin (15/3/2021).
Buwas pun meminta pemerintah meninjau kembali rencana impor beras. Karena tak seimbangnya kebijakan penyerapan beras di hulu dengan penyaluran beras di hilir, telah membuat perusahaan kesulitan menyalurkan beras hasil serapan.
Baca Juga: Pemerintah Impor Beras 1 Juta Ton, Petani: Kami Ditenggelamkan
Tanpa adanya kebijakan penyaluran beras kelolaan Bulog, tugas menjaga stok sebesar 1 sampai 1,5 juta ton bakal sulit direalisasikan. Hal itu juga dikhawatirkan makin membebani operasional dan finansial perusahaan.
Penyebab lain stok beras menumpuk di gudang Bulog, karena perusahaan tersebut telah kehilangan pangsa pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun dikarenakan Program Rastra (beras untuk keluarga sejahtera), yang diganti oleh pemerintah menjadi Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
Beras Bulog yang tadinya diberikan sebagai bansos, kini diganti dengan uang tunai.
Hingga 14 Maret 2021 di gudang Bulog mencapai 883.585 ton. Dengan rincian 859.877 ton merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP), dan 23.708 ton stok beras komersial.
Baca Juga: Desak Hentikan Impor Beras, Politikus PKB: Kapan Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan?
"Kesalahan pada impor beras tahun 2018 dikarenakan rata-rata jenisnya merupakan jenis beras pera yang tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia yang menyebabkan sulitnya penyaluran beras tersebut," terang Buwas.
Tahun lalu, beras impor tahun 2018 yang ada di gudang Bulog sebanyak 900 ribu ton. Beras tersebut kemudian digunakan untuk penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial dan bantuan langsung dari Presiden kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi.
Namun beras tersebut hanya tersalurkan sekitar 450 ribu ton dari alokasi sebanyak 900 ribu ton. Sisanya, hingga kini sebanyak 275.811 ton beras impor tahun 2018 masih tersimpan di gudang Bulog, dengan 106.642 ton di antaranya sudah mengalami turun mutu.
Karena sudah tidak bisa diedarkan, beras sisa impor tahun 2018 tersebut akan diolah menjadi tepung yang akan ditangani oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Baca Juga: Jelang Bulan Puasa, Pemerintah akan Impor Beras hingga Gula
Di sisi lain, rencana impor beras dikhawatirkan membuat harga gabah di tingkat petani anjlok. Lantaran sebentar lagi akan memasuki musim panen raya, yaitu pada Mei-April 2021.
Buwas pun menegaskan, pada akhirnya Bulog belum tentu melaksanakan penugasan impor beras tersebut.
"Kalau pun kami mendapatkan tugas impor 1 juta ton, belum tentu kami laksanakan, karena kami tetap memprioritaskan produk dalam negeri yang sekarang masa panen raya sampai bulan April," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.