“Karena sampai hari ini, Indonesia masih tertinggal dibanding beberapa negara ASEAN lainya dari sisi indeks inklusi keuangan. Indonesia masih tertinggal dibanding Singapura yang telah mencapai 98 persen dalam inklusi keuangan, Malaysia 85 persen, dan Thailand 82 persen,” papar Ronny.
Baca Juga: Tak Disangka! Gara-gara Suka Mi Instan, Putri Arab Saudi Mau Investasi di Indonesia
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN punya visi agar LinkAja bisa menjadi pembayaran digital yang terbesar di Indonesia.
Apalagi, lanjut dia, BUMN punya ekosistem yang cukup lengkap, mulai dari transportasi hingga UMKM yang menyasar segmen mikro.
"Kita punya visi kalau bisa LinkAja jadi platform payment nasional yang terbesar, saya rasa kita on the way ke sana," jelas lelaki yang akrab dipanggil Tiko ini.
Sebelumnya, anak usaha BUMN, LinkAja, mendapat suntikan dana segar dari sejumlah investor yang dipimpin Grab. Total komitmen sebesar 100 juta dollar amerika, atau sekitar 1,4 triliun rupiah.
Dana akan digunakan untuk akselerasi pertumbuhan LinkAja, termasuk untuk meningkatkan layanan ke kelas menengah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
LinkAja saat ini memegang pangsa pasar uang elektronik nomor 7 di indonesia dan memiliki lebih dari 58 juta pengguna terdaftar, dengan lebih dari 80% penggunanya berasal dari kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia.
Pendanaan ini jadi yang pertama kalinya untuk LinkAja mendapat dana segar dari pihak swasta. Namun Grab masih tetap jadi pemegang saham prioritas.
Pendanaan seri B ini juga menggandeng Telkomsel, BRI Ventura Investama, dan Mandiri Capital Indonesia.
Baca Juga: Nama Dicatut, Grab Bakal Ambil Langkah Hukum ke PT Grab Toko Indonesia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.