KOMPAS.TV - Dalam perjalanannya, postur APBN 2020 berubah dua kali akibat pandemi. Hingga tutup tahun, baik realisasi pendapatan dan belanja negara, tidak memenuhi target.
Penerimaan negara sangat terpukul oleh pandemi.
Dari hitungan sementara Kementerian Keuangan sepanjang 2020, pendapatan negara hanya Rp 633,6 triliun. Angka ini turun 16,7 persen dari setahun sebelumnya.
Sulit berharap bahwa kinerja pajak bisa sekinclong tahun 2019. Karena saat pandemi, ativitas ekonomi terganggu. Belum lagi, pemerintah harus mengucurkan sejumlah stimulus pajak.
Pun tak bisa berharap banyak dari luar pajak, karena harga komoditas tertekan.
Saat pendapatan turun, kebutuhan belanja negara justru makin ekstra untuk mengatasi pandemi.
Rp 2.589, 9 triliun. Itulah yang dibelanjakan oleh negara. 12,2 persen lebih tinggi dari belanja 2019.
Re-focusing dan re-alokasi anggaran mesti dilakukan di awal tahun, guna mengatasi pandemi. Salah satunya ratusan triliun rupiah dalam program pemulihan ekonomi nasional.
Tahun ini, pemerintah fokus untuk percepatan pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi.
Dalam kondisi pandemi, pemerintah menghitung mampu mendapatkan se. 743,6 triliun ke dalam kantong negara. Dan mengalokasikan 2.750 triliun rupiah, untuk membiayai belanja negara.
Dengan hitungan defisit 5,7 persen terhadap produk domestik bruto.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.