Strategi utama yang perlu dilakukan pemerintah saat ini, menurut Dicky, adalah membentuk tim yang bergerak cepat menjangkau lansia dan orang-orang yang memiliki penyakit komorbid untuk divaksinasi.
"Tidak bisa hanya dengan undangan untuk vaksinasi melalui [aplikasi] Peduli Lindungi. Harus ada tim gerak cepat yang datang ke rumah-rumah atau mobile clinic. Kalau tidak, angka kematian akan tetap meningkat meskipun mereka diam di rumah saja," ujar Dicky.
Selain itu, Dicky merekomendasikan agar pemerintah menaikkan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ke level 3 di daerah yang cakupan vaksinasinya rendah untuk membantu pengendalian dan pelacakan kasus.
"Tentu berat kalau sampai PPKM Darurat, tapi PPKM Level 3 harus dilakukan setidaknya, karena banyak aktivitas, mobilitas, dan interaksi dibatasi, tidak sangat ekstrem jauh lebih membantu," kata dia.
Sementara itu, Epidemiolog Masdalina Pane mengatakan penting untuk mengendalikan penularan lewat pelacakan kasus yang masif.
Vaksinasi, kata dia, bukan satu-satunya cara untuk mencegah fatalitas. Sebab pada wilayah dengan cakupan vaksinasi yang telah mencapai 105% di Jakarta pun, angka kematian tetap meningkat.
"Kalau [cakupan vaksinasi] sudah 105 persen harusnya tidak ada lagi yang terbaring di ICU, itu Jakarta. Jadi enggak usah bicara tentang daerah, jauh sekali kualitas cakupan vaksinasinya di Jawa-Bali dengan luar Jawa-Bali," kata Masdalina.
Menurut Masdalina, penyebaran varian Omicron yang telah sampai ke berbagai provinsi saat ini menunjukkan bahwa sistem cegah tangkal yang diterapkan pemerintah tidak efektif.
Sedangkan Epidemiolog asal Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, meminta pemerintah bersiap dengan potensi terburuk yang mungkin terjadi akibat penularan Omicron di luar Pulau Jawa.
"Pemda harus segera disuplai kebutuhan pemeriksaannya dari pemerintah pusat, harus dicek (kesiapan) fasilitas kesehatannya seperti apa, bagaimana jalur screening di bandara untuk mencegah impor dari daerah lain yang kasusnya tinggi. Itu harus diaktifkan semua," ujar Laura.
Artikel ini merupakan hasil liputan BBC Indonesia yang ditayangkan juga di Kompas.TV
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.