KOMPAS.TV - Sudah sejak lama animasi menjadi tontonan favorit segala usia, mulai anak-anak hingga orang dewasa baik di televisi ataupun berbagai gawai. Film animasi Indonesia pertama yang berjudul “Si Huma” ditayangkan dan diproduksi sekitar tahun 1983 di TVRI.
Sebagai bagian dari industri 4.0, animasi termasuk dalam empat subsektor industri kreatif yang tumbuh sangat pesat di Indonesia hingga saat ini. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya studio animasi di Indonesia yang tersebar di seluruh kota.
Keterlibatan animator Indonesia dalam banyaknya proyek film Hollywood menunjukkan besarnya kiprah dan potensi sumber daya manusia di sektor animasi, baik dalam maupun luar negeri.
Pertumbuhan tersebut juga selaras dengan peningkatan pendidikan animasi secara kualitas serta kuantitas yang merupakan bahkan menjelma menjadi sebuah industri kreatif. Karena itu, diperlukan langkah kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor industri.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI) tahun 2020 dalam rentang tahun 2015 hingga 2019 animasi Indonesia tumbuh hingga 153 persen dengan rata-rata kenaikan 26 persen per tahun.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani Mustafa mengatakan, dari sisi pasar animator Indonesia sangat potensial. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan sektor animasi.
Pendapatan Indonesia dari subsektor animasi pun terus mengalami peningkatan. Pada 2015 mendapatkan Rp238 miliar. Di tahun 2019 menjadi Rp602 miliar tetapi sedikit menurut saat pandemi 2020 sebesar Rp510 miliar.
Pertumbuhan industri animasi semakin berkembang dengan tingginya permintaan produk animasi untuk tayangan televisi dan aplikasi digital. Data AINAKI tahun 2020 menyebutkan, industri animasi di Indonesia mampu menyerap 24 ribu tenaga kerja dan 5371 animator yang didominasi generasi muda.
Baca Juga: Keren! Siswa SD Buat Animasi Edukasi Cegah Banjir dan Rob
“Film animasi merupakan suatu padat karya karena prosesnya membutuhkan banyak orang, mulai dari membuat gambar awal sampai kemudian dibuat animasinya menggunakan komputer. Jadi, industri ini bisa menyerap banyak tenaga kerja hingga menciptakan entrepreneurship,” tutur Rizki.
Kunci pengembangan industri animasi di Indonesia yakni meningkatkan jumlah dan mutu pendidikan animasi. Karena itu pemerintah mendorong pertumbuhan sekolah animasi dan juga studio animasi.
“Animator Indonesia bisa dibilang andal karena satu animator biasanya mampu mengerjakan modelling, texturing, mapping, animatic, bahkan rendering. Sementara di perusahaan animasi Hollywood seperti Pixar dan Disney cenderung lebih spesifik,” kata akademisi animasi Institut Kesenian Jakarta Ades Adrian.
Ades menambahkan, kalangan akademisi ingin membuat situasi industri animasi yang lebih baik dimulai dari grassroot-nya, yaitu pendidikan khusus jurusan animasi. Melalui pendidikan, diharapkan Indonesia mampu menciptakan generasi unggul berdaya saing serta industri yang siap menampung dan memajukan industri animasi.
“Jadi, untuk memajukan animasi Indonesia diperlukan kolaborasi yang terintegrasi, dari hulu hingga ke hilir,” tutur Ades.
Sekolah Animasi Sebagai Pencetak Animator Muda
Saat ini, sekolah animasi mulai tumbuh di Indonesia untuk mencetak para animator andal. Menurut Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), terdapat sekitar 105 sekolah menengah kejuruan dengan jurusan animasi dan ratusan sekolah animasi nonformal.
Beberapa sekolah animasi di Indonesia lahir dari tangan dingin sejumlah animator profesional yang turut mendorong pertumbuhan dunia animasi di Indonesia dengan turut mencetak para animator muda.
Roni Gani dan Andre Surya merupakan dua animator berprestasi Indonesia yang telah lama berkiprah dalam industri animasi internasional.
Sekolah animasi yang mereka dirikan, yakni Bengkel Animasi dan ESDA (Enspire School of Digital Art) menjawab kebutuhan Indonesia akan animator muda yang berkarya dan kreatif.
Bengkel Animasi yang didirikan tahun 2014 menerima partisipasi peserta dari usia 9 hingga di atas 30 tahun. Para siswa mempelajari beragam teknik animasi, seperti membuat karakter animasi dan mempelajari animasi tiga dimensi.
Tidak hanya mendapatkan sertifikat sesuai kemampuan peserta, Bengkel Studio juga membantu mencarikan perusahaan atau studio yang sedang membutuhkan SDM animasi.
Sekolah ini didirikan oleh Roni Gani atas kepedulian terhadap kebutuhan para animator untuk mengisi setiap peluang dalam industri animasi Indonesia. Ronny mengakui, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri animasi.
Berbekal pengalaman yang dimiliki sejak 2006 sebagai animator profesional dalam kancah industri animasi internasional, kini ia menyalurkan pengetahuan kepada generasi muda tanah air. Roni sendiri telah menghasilkan banyak karya animasi untuk beberapa film Hollywood ternama, sebut saja Transformers, Pacific Rim, dan Star Wars.
“Saat ini bisa dikatakan industri animasi di Indonesia sedang bergairah, bahkan bisa dikatakan kapasitasnya sudah sangat penuh. Kondisi ini yang sangat disayangkan karena banyak kendala dari ketersediaan resources, terutama human resources,” ucap Roni.
Baca Juga: Mahasiswa dan Dosen Buat Film Animasi Hadirkan Ikon Semarang
Menurut Roni, kendala tersebut menjadi motivasinya untuk membuat Bengkel Animasi sebagai jembatan antara antara lulusan sekolah atau SDM dan industri.
Serupa dengan Roni Gani, animator berprestasi lainnya yang juga berhasil menorehkan karya animasi di Kancah internasional adalah Andre Surya.
Andre mendirikan sekolah animasi ESDA (Enspire School of Digital Art) pada 2013. Saat ini ESDA mendapat predikat sebagai sekolah animasi tiga dimensi terbaik di Indonesia. Para siswa sekolah animasi ini pun bervariasi, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Kemampuan Andre sudah diakui di kancah internasional sehingga Andre terlibat dalam pembuatan animasi populer seperti Iron Man, Indiana Jones, Star Trek, dan Transformers. Ia juga kerap menjuarai beberapa kompetisi animasi.
Menurut Andre, saat ini peluang pesanan animasi di Indonesia sangat besar. Awalnya, banyak permintaan animasi ke Cina, tetapi harga animasi Cina yang kini menjelma menjadi produsen animasi raksasa menjadi makin mahal. Jadi, banyak pemesan beralih ke negara yang animasinya masih berkembang, termasuk Indonesia.
Andre melihat potensi besar yang dimiliki oleh para animator tanah air yang eksis di dunia animasi internasional. Mereka memiliki daya saing tinggi dalam menghasilkan karya-karya animasi.
Melalui ESDA, Andre membuka peluang bagi para animator muda Indonesia untuk berkarya, baik di industri nasional maupun internasional.
Dalam rangka memperluas sebaran sekolah animasi di Indonesia, pemerintah membangun sejumlah tempat pendidikan dan pelatihan animator, salah satunya di Bali.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian, Kementerian Perindustrian sejak 2016 mengadakan berbagai program pelatihan, meliputi bidang animasi, programming, dan desain grafis serta wirausaha industri.
Balai Diklat Industri Denpasar menjadi salah satu tempat yang melaksanakan bagian dari implementasi program beasiswa pendidikan dan pelatihan 3-in-1 dalam upaya mendukung pengembangan industri kreatif nasional.
Dalam mengembangkan industri animasi pemerintah melakukan upaya kolaboratif dengan berbagai pihak dunia industri.
Peningkatan produktivitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM), dilakukan dengan fokus pada perbaikan dan penambahan kualitas dan kuantitas pendidikan secara formal dan informal.
Pemerintah Indonesia juga mendukung para animator berprestasi di dunia internasional, untuk sama-sama melangkah memajukan dunia animasi di Indonesia.
Gerak bersama pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta pelaku industri animasi ini terbukti menciptakan ekosistem animasi yang kian dilirik pasar dunia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.