“Kesiapsiagaan bencana sudah dilakukan baik secara personel maupun peralatan. Seluruh masyarakat, stakeholder, pemerintah, dan swasta dilibatkan dalam satu sistem sehingga bencana dapat dihadapi saat terjadi. Kemudian juga edukasi perilaku masyarakat agar mereka sadar dan mengetahui bagaimana tindakan saat bencana terjadi,” papar Achmad.
Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Fachri Radjab menggarisbawahi bahwa kesiapsiagaan bencana harus selalu dijalankan, karena potensi bencana alam selalu ada sepanjang tahun di Indonesia.
Baca Juga: Tantangan Pendidikan di Masa Pandemi, Kemenag: Kunci Pemulihan Pendidikan adalah Guru
“Bencana yang paling sering terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi, mencapai 98 persen,” jelasnya.
Pada musim penghujan, ujarnya, terdapat potensi bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Sementara, hujan lebat serta puting beliung terjadi saat peralihan musim, kebakaran hutan dapat terjadi saat musim kemarau.
Untuk saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki periode musim penghujan dengan puncaknya diperkirakan pada Januari-Februari tahun depan.
Fachri menyebutkan, sebagai dampak La Nina pada akhir tahun, diperkirakan intensitas curah hujan juga akan meningkat di beberapa wilayah, di antaranya sebagian Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Indonesia Timur seperti Sulawesi.
“Tahun ini dan tahun lalu tantangannya makin besar karena berada di masa pandemi. tentu langkahlangkah harus lebih cermat,” tegas Fachri.
Hal ini seperti, area pengungsian harus dikondisikan dengan penerapan protokol kesehatan, begitu pula dalam kegiatan evakuasi dan penyelamatan warga terdampak.
Dalam hal ini, jelas Fachri, peran BMKG untuk siap siaga bencana berada pada sisi hulu sebagai pemberi informasi dan peringatan dini.
“Informasi dari kami digunakan untuk menyusun kesiapsiagaan lebih lanjut,” tuturnya.
Tidak berhenti di situ, Fachri juga menyebutkan bahwa BMKG juga melakukan langkah-langkah guna meningkatkan kemanfaatan informasi yang ada.
Misalnya, dengan sosialisasi langsung kepada masyarakat bagaimana memahami informasi tersebut dan tindakan apa yang harus dilakukan.
Selain itu, tersedia layanan informasi cuaca berbasis dampak yang dapat diakses melalui https://signature.bmkg.go.id/. Melalui pemantauan aktif dan media sosial resminya, BMKG juga berupaya menangkal hoaks agar tidak meresahkan masyarakat.
Fachri menegaskan, seluruh upaya dilakukan guna mengurangi risiko saat bencana terjadi. Kepada masyarakat, ia mengimbau perlunya kesadaran kolektif bahwa kita hidup dan tinggal di wilayah yang rawan bencana.
Kesadaran tersebut juga harus diimplementasikan dalam sikap dan perilaku keseharian, misalnya, dengan sikap ramah lingkungan. Ia menekankan, BMKG mendukung dari sisi informasi potensi siap siaga.
Namun, butuh upaya dari sisi hilir untuk menggunakan informasi tersebut sebagai rujukan sehingga dapat bermanfaat lebih baik
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.