SULBAR, KOMPAS.TV - Panggilan hati. Itulah alasan terbesar Nasmawaty untuk bertahan selama 17 tahun sebagai guru honorer.
Nasmawaty, mengajar di Sekolah Satu Atap SD dan SMP Pulau Battoa, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Setiap hari, Nasmawaty harus menyeberangi laut dan berjalan kaki untuk tiba di sekolah tempatnya mengajar.
Ia bahkan harus rela meninggalkan suami dan dua anaknya sejak pagi hari demi menjalankan tugas dan panggilan hatinya, menjadi seorang pendidik.
Meski berstatus honorer, Nasmawaty diberi tugas untuk mengajar sejumlah mata pelajaran, mulai dari IPA, IPS, Matematika hingga PPKN.
Ia juga bertindak sebagai wali kelas enam sekolah sekolah satu atap SD dan SMP Pulau Battoa.
Semangat mengabdi sebagai guru melekat di hati, meskipun
ia hanya mendapatkan upah sebesar Rp100 ribu hingga Rp 300 ribu per bulan, tergantung kebijakan sekolahnya.
lain perjuangan Nasmawaty, lain pula kisah Muhammad Asmin.
Meski mempunyai gelar sarjana pendidikan, Asmin masih berstatus seorang guru honorer, di Dusun Hasana, Kampung Patuku, Desa Parigi Gowa, Sulawesi Selatan.
Untuk mencapai sekolah tempatnya mengajar, Asmin menempuh jarak puluhan kilo meter, melewati medan berlumpur danperbukitan di pedalaman.
Asmin mengabdikan dirinya, demi mengajar di SD Negeri Petuku, satu-satunya sekolah yang berada di Pedalaman Parigi, Gowa.
Asmin bahkan harus mengajar dua kelas sekaligus karena keterbatasan tenaga pengajar.
Per bulannya, Asmin mendapat upah sebesar Rp700 ribu hingga Rp 1 juta sejak menjadi guru 2017 lalu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.