Baca Juga: Gegara Fitur Tagging, Facebook Harus Bayar Rp 9,2 Triliun Usai Digugat oleh 1,6 Juta Penggunanya
Kebocoran data pengguna Facebook ini pertama ditemukan pada bulan Januari lalu oleh Chief Technology Officer (CTO) dari firma intelijen kejahatan siber Hudson Rock, Alon Gal.
Menurut Gal, meski sudah terjadi dua tahun lalu dan telah diperbaiki, para korban kebocoran data di Facebook masih akan menghadapi ancaman kejahatan siber.
Informasi pribadi yang bocor dan beredar dengan luas di internet tersebut dapat diakses para penjahat siber, dan dapat disalahgunakan untuk melakukan penipuan melalui penyamaran atas nama korban kebocoran data.
"Basis data berisi informasi pribadi sebesar itu pasti akan dimanfaatkan cybercriminal untuk melakukan serangan rekayasa sosial atau upaya peretasan," ujar Gal seperti dikutip dari Business Insider yang dihimpun KompasTekno, Minggu (4/4/2021).
All 533,000,000 Facebook records were just leaked for free.
— Alon Gal (Under the Breach) (@UnderTheBreach) April 3, 2021
This means that if you have a Facebook account, it is extremely likely the phone number used for the account was leaked.
I have yet to see Facebook acknowledging this absolute negligence of your data. https://t.co/ysGCPZm5U3 pic.twitter.com/nM0Fu4GDY8
Baca Juga: Facebook Mulai Perketat Soal Konten Politik di Indonesia
Kebocoran data ini diketahui bukan yang pertama kali terjadi.
Sebelumnya pada tahun 2016, 80 juta data pengguna Facebook dicuri oleh Cambridge Analytica yang digunakan dalam membangun profil untuk membidik para pemilih di Pemilu AS 2016.
Kasus kebocoran data Cambridge Analytica baru terungkap dua tahun berselang pada 2018.
Pada saat itu, Facebook berjanji akan menindak pencurian data massal di platformnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.