JAKARTA, KOMPAS.TV - Beberapa tahun lalu, sejumlah kajian menyebutkan bahwa pekerjaan kreatif dan intelektual aman dari perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sayangnya, hal itu kini tak lagi sama.
Perkembangan AI kini begitu masif dan cepat hingga mengubah prediksi para pakar. Keberadaan AI berbasis large language model (LLM) seperti GPT-4 dari Open AI maupun AI penghasil gambar seperti Midjourney menjadi bukti.
Pada 2021, profesor ilmu komputer dari Princeton University Amerika Serikat, Ed Felten, memprediksi profesi yang terpapar AI.
Dalam indeks AI Occupational Exposure (AIOE) atau indeks keterpaparan profesi terhadap AI, bidang keuangan dan perbankan menjadi yang paling terpapar.
Baca Juga: AI Diperkirakan Bikin Waktu Kerja Makin Singkat, Apakah Gaji Pekerja akan Turun?
Penelitian itu tak menyebutkan profesi pengajar atau pekerjaan intelektual dalam daftar pekerjaan yang terancam atau dapat digantikan oleh AI.
Hanya dalam dua tahun, pada 2023, penelitian terbaru menggunakan AIOE berubah signifikan. Profesi dosen perguruan tinggi, analis politik, penulis, hingga sosiologi menempati urutan tertinggi sebagai profesi yang rentang digantikan AI.
Tidak hanya dosen, hampir semua profesi guru berbagai bidang studi yang mengajar di pendidikan dasar hingga tinggi juga terpapar oleh AI.
Hanya guru pendidikan khusus yang mengajar anak disabilitas dan guru olahraga yang memerlukan interaksi langsung dengan muridnya, kemampuannya tidak bisa digantikan oleh kecerdasan artifisial generatif atau AI yang bisa menghasilkan sesuatu seperti teks, gambar, video hingga audio.
Baca Juga: DKI Jakarta Diperkirakan Jadi Provinsi yang Paling Terdampak AI, Ini Alasannya
Selain pekerja intelektual, jenis profesi yang terpapar AI adalah pekerja kreatif, seperti reporter, penyunting, penulis, editor, penyiar radio dan televisi, produser, pengembang web, kurator, desainer grafis, animator multimedia, bahkan musisi, penyanyi, dan aktor.
Meski begitu, profesi seperti pelukis, chef, perancang bunga, bartender, model, make up artis, penata rambut, koreografer, dan penari aman dari paparan AI generatif.
Penulis filsafat cum dosen di Institut Kesenian Jakarta, Martin Suryajaya berpendapat bahwa penelitian tersebut mungkin terjadi.
"Memang betul, ternyata justru sekarang yang lebih banyak terkena otomasi adalah pekerjaan kreatif dan intelektual. Dosen jadi sangat mudah digantikan AI. Mahasiswa tinggal tanya, AI-nya menjawab," kata Martin kepada Kompas.id, Senin (12/6/2023).
Baca Juga: Tahun Ini, Pemerintah Arab Saudi Gunakan Robot AI Layani Jemaah Haji
Kendati demikian, AI masih memiliki kelemahan yang mendasar. Pada bidang akademisi, AI rentan melakukan halusinasi atau mengarang jawaban apabila sistem tidak memiliki kemampuan mengakses informasi di internet secara langsung.
Pada seni rupa, Martin yakin bahwa teknologi AI belum mampu menghasilkan hal yang baru. Pasalnya, AI bekerja berdasarkan dataset yang menjadi bahan latihan. Artinya, karya AI hanya hasil bongkar pasang data.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.