JAKARTA, KOMPAS.TV - Akhir Ramadan 1444 hijriah/2023 masehi tampaknya akan diwarnai fenomena astronomi yang langka terjadi, yakni gerhana matahari hibrida, yang bertepatan dengan fase bulan baru.
Gerhana matahari hibrida ini akan terjadi pada Kamis, 20 April 2023 atau pada 29 Ramadan 1444 hijriah.
Fase bulan baru adalah kondisi saat seluruh permukaan bulan yang menghadap bumi tidak memantulkan cahaya matahari. Hal ini karena konfigurasi matahari-bulan-bumi membentuk garis lurus.
Fase bulan baru inilah yang biasanya digunakan untuk menandai akhir bulan maupun awal bulan dalam kalender hijriah/Islam.
Dalam konteks Ramadan tahun ini, gerhana matahari hibrida akan terjadi di hari yang sama dengan sidang isbat penentuan 1 Syawal atau Idulfitri 1444 H, yakni 20 April 2023.
Dikutip dari laman bmkg.go.id, gerhana matahari hibrida adalah fenomena gerhana matahari cincin dan total yang terjadi pada satu waktu secara berurutan.
Baca Juga: Sidang Isbat Penetapan Hari Raya Idulfitri 1444 H Digelar 20 April 2023
Hal ini terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada tepat segaris, sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari.
Akan tetapi di tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari.
Gerhana matahari hibrida kali ini diprediksi terdiri dari dua tipe gerhana, gerhana matahari cincin dan gerhana matahari total.
Saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya. Sedangkan di tempat tertentu lainnya, matahari seakan-akan tertutupi bulan.
Gerhana matahari hibrida terakhir kali terjadi di Indonesia pada 1807 silam.
Dikutip dari laman brin.go.id, gerhana matahari ini akan berlangsung selama 3 jam 5 menit mulai dari durasi kontak awal hingga akhir jika diamati dari Biak, Papua, dengan durasi fase tertutup total 58 detik.
Sementara itu jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun persentase tertutupnya matahari hanya sebesar 39 persen.
Premana W. Premadi, pengajar astronomi di Institut Teknologi Bandung, mengimbau agar tidak melihat langsung ke arah matahari ataupun fenomena yang menyertainya seperti gerhana matahari.
"Apalagi jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter). Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," jelas mantan Kepala Observatorium Bosscha ITB itu, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga: Fenomena Gerhana Matahari Hibrid akan Terjadi di Bulan Ramadan 2023, Catat Tanggalnya
Dikutip dari Antara, gerhana matahari 2023 ini hanya tampak jelas dilihat di wilayah Kabupaten Biak Numfor, Papua dan Pulau Kisar, Maluku.
Diperkirakan penampakan gerhana matahari 2023 ini akan terjadi pada pukul 12.20 WIT atau 10.20 WIB dan puncaknya pada 13.57 WIT atau 11.57 WIB.
Gerhana matahari hibrida juga bisa disaksikan di beberapa wilayah terpencil seperti Pulau Kisar, Pulau Maopora, Pulau Damar, Pulau Watubela, Kampung Antalisa (Fakfak), Randepandai, Roswar, Pulau Num, Wooi, Serui, dan Biak Kota.
Sumber : Kompas TV, brin.go.id, Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.