Artinya: “Saya niat puasa Tasu’a karena Allah ta’âlâ.”
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.”
Ustadz Muhamad Hanif Rahman, khadim Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo menjelaskan hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasu'a dan Asyura terdapat perbedaan pendapat ulama madzhab Syafi'i.
Dikutip dari islam.nu.or.id, pendapat pertama mengatakan sah menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasu'a dan Asyura dan keduanya bernilai pahala. Ini adalah pendapat al-Baziri, Syihabuddin ar-Ramli, Syamsuddin ar-Ramli, Ibnu Hajar dan yang lainnya.
Sementara pendapat kedua menurut Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam as-Samhudi menyatakan penggabungan dua niat puasa wajib dan sunah dalam satu kali pelaksanaan justru membuat puasa ini tidak sah.
Seperti tidak sahnya niat salat zuhur dan sunah ba'diyahnya dalam satu pekerjaan salat.
Bahkan lebih dari itu, beliau menyatakan puasa sunah tidak sah jika masih memiliki tanggungan qadha Ramadan.
Sementara itu, merujuk pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (wafat 974 H), yang harus lebih didahulukan dalam hal ini adalah qada puasa Ramadan, bukan puasa sunah.
Bahkan makruh hukumnya jika orang melakukan puasa sunah sebelum mengganti puasa Ramadan.
Niat Puasa Qada Ramadan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.
Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah Swt.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.