MINA,KOMPAS.TV - Tim Pengawas Haji DPR RI menemukan rombongan jemaah haji plus yang mengaku menjadi korban penipuan oleh biro haji yang mengurus perjalanan mereka. Para jemaah tidak mendapatkan fasilitas bus dan tenda ketika wukuf di Arafah maupun saat mabit di Mina.
Akibat ketidakamanahan biro travel tersebut, jemaah haji khusus ini terkatung-katung di Tanah Suci tanpa pelayanan yang memadai. Mereka bahkan pernah tidak mendapatkan jatah makan, sehingga terpaksa mengais makanan sisa dari jemaah lain.
Jemaah haji khusus asal Jakarta ini merasa ditipu oleh biro travel yang mengurus perjalanan ibadah haji mereka. Tidak hanya terbengkalai di Mina, mereka juga terlunta-lunta di Arafah. Pihak biro tidak menyediakan bus resmi maktab untuk mereka seperti yang telah dijanjikan.
“Di Mina ini kami tidak disewakan tenda, Pak. Padahal dari biro menjanjikan kami dapat akomodasi di Mina. Kami sempat bolak-balik dari hotel kami di Aziziyah menuju Mina selama dua malam. Sekarang kami tidak kuat lagi. Kemarin kami sempat terdampar istirahat di dekat Jamarat karena tidak ada tenda yang kami tuju di Mina. Sekarang ini kami ke Mina karena mendapatkan bantuan atau solusi,” ungkap seorang jemaah haji plus yang tak mau disebutkan namanya kepada anggota Tim Pengawas Haji DPR RI Wisnu Wijaya saat mampir istirahat di Mina pada Rabu (19/6/2024).
Baca Juga: Timwas DPR Soroti Pengalihan 10.000 Kuota Haji Tambahan
“Kami dijemput di luar waktu normal. Pihak biro bilangnya itu bus maktab. Padahal di badan bus tidak ada nomor identitas maktab. Tidak ada scan kartu Nusuk jemaah, pintu bus juga tidak disegel. Ternyata benar, bus yang kami tumpangi tidak bisa memasuki area penjagaan karena bukan bus resmi. Terpaksa kami harus menempuh 5 jam perjalanan ke Arafah karena bus kami beberapa kali tidak boleh masuk ke kawasan maktab oleh polisi,” bebernya.
Jemaah haji plus yang lain menambahkan sesampai di Arafah, tenda maktab yang dijanjikan biro kepada mereka juga tidak jelas. Awalnya, kata dia, biro menyampaikan kalau tenda mereka kelas VVIP di Maktab 116, lalu berubah menjadi Maktab 111-A. Setelah berputar ternyata Maktab 111-A tidak ada, yang ada Maktab 111+.
“Kami kelelahan karena jalan hampir 12 kilometer, berputar-putar tidak jelas di bawah terik matahari yang suhunya 46 derajat celcius. Tidak ada tuntunan dari biro hingga rombongan kami terpisah-pisah. Rombongan kami yang nyasar tidak bisa dikembalikan karena ID card yang kami pakai tidak sesuai. Di ID card tertulis ‘Maktab 116’, disampaikan lisan oleh biro ‘Maktab 111-A’, realitanya yang ada ‘Maktab 111+’ dan itu maktab jemaah lain. Ternyata biro memang tidak menyewakan maktab untuk kami. Akhirnya kami ditampung sementara di Maktab 111,” ungkap jemaah haji perempuan asal Cikarang itu.
Kehilangan Waktu Wukuf
Yang paling fatal, tambahnya, rombongannya kehilangan kesempatan untuk wukuf di Arafah dan tidak bisa mabit di Muzdalifah. "Ini adalah dampak paling fatal baik di dunia maupun akhirat. Kondisi kami di Arafah sangat kacau sampai kami kehilangan momen wukuf dan tidak bisa mabit di Muzdalifah. Fisik kami sangat lelah dan bus yang membawa kami tidak jelas," tuturnya.
Buruknya pelayanan biro sudah terlihat sejak pertama tiba di Makkah. Mereka dijanjikan akan transit di hotel bintang lima, tetapi setibanya di Mekkah, mereka malah diinapkan di WEG Mashaer Hotel, sebuah hotel bintang tiga yang berlokasi di Aziziyah. Lebih mengkhawatirkan lagi, di hotel ini mereka ditempatkan bersama jemaah haji lain yang tidak memiliki visa haji resmi.
“Kami sempat ketar-ketir kalau terjadi apa-apa. Eeeh, malah muthawif kami yang ditangkap karena tidak dibekali Kartu Nusuk. Untung, kami punya Kartu Nusuk jadi aman. Akibatnya tidak ada pembimbing yang mengarahkan dan mengedukasi kami. Tidak ada kajian yang menambah wawasan spiritual kami.
Dia menambahkan konsumsi yang disediakan biro tidak sesuai standar gizi dan sering tidak tepat waktu. Saat mau berangkat ke Arafah tidak disediakan sarapan pagi.
Jemaah juga tidak bisa makan siang karena tercecer akibat mencari maktab di Arafah. Air minum tidak disediakan kecuali kalau diminta. Padahal air minum ini sangat vital dalam menjalankan rangkaian ibadah haji,” pungkasnya.
Menanggapi keluh kesah jemaah haji plus tersebut, anggota Timwas DPR RI Wisnu Wijaya mengatakan pihaknya mencatat semua laporan tersebut sebagai temuan Timwas DPR. Secara teknis, pihaknya telah mengoordinasikan dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan pengambil kebijakan di Kementerian Agama.
“Kami meminta kepada Kementerian Agama untuk mengevaluasi besar-besaran para pihak biro travel pengelola perjalanan haji. Kemenag harus bertindak tegas dengan mencabut izin operasional biro-biro haji umrah yang nakal,” tandasnya melalui rilis resmi yang diterima oleh Kompas.tv.
Baca Juga: PPIH Bersiap Layani Pemulangan Jemaah Haji Indonesia dari Jeddah dan Madinah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.