Kompas TV regional jabodetabek

Pengamat Tata Kota Paparkan Penyebab Bekasi Alami Banjir Parah

Kompas.tv - 6 Maret 2025, 06:30 WIB
pengamat-tata-kota-paparkan-penyebab-bekasi-alami-banjir-parah
Pengamat Tata Kota Universitas Trisaksi Yayat Supriatna membahas banjir di Jabodetabek dalam program Lanturan KompasTV, Rabu (5/3/2025). (Sumber: Tangkapan Layar YouTube KompasTV)
Penulis : Tri Angga Kriswaningsih | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat Tata Kota Universitas Trisaksi Yayat Supriatna memaparkan mengapa Bekasi mengalami masalah banjir yang cenderung parah, seperti yang terjadi pada Selasa (4/3/2025). 

Ia mengatakan, Bekasi menjadi salah satu contoh kota yang tumbuh tidak terencana. 

"Bekasi itu kan dulu kan sejarahnya wilayah untuk lumbung pangan kita, berubah jadi tempat permukiman," jelas Yayat dalam program Lanturan KompasTV dengan judul "Full Terungkap! Pengamat Blak-Blakan Sebab Banjir Jakarta, Bogor, dan Lumpuhnya Bekasi", Rabu (5/3/2025). 

Ia mengatakan, perubahan itu mulai terjadi ketika Perumnas membangun banyak perumahan di Bekasi. 

"Dan Bekasi itu menjadi pilihan favorit karena dekat dengan Jakarta, ketika Jakarta harga rumah makin mahal, kebutuhan berdesak, ya Bekasi paling menarik," kata Yayat. 

Sayangnya, pertumbuhan pembangunan pemukiman ini tidak disertai dengan infrastruktur pendukungnya. 

"Nah, yang menjadi masalah sekarang, permukimannya cepat sekali tumbuh, infrastrukturnya tidak siap," terang Yayat. 

Baca Juga: Cerita Parto yang Akses Rumahnya di Bekasi Ikutan Kena Imbas Banjir

Selain itu, hampir sebagian besar perumahan yang ada di Bekasi dibangun di daerah aliran sungai (DAS), yakni DAS Cikeas dan DAS Cileungsi yang berhulu di Bogor.

Jadi, ketika terjadi hujan besar di hulu seperti yang terjadi pada Selasa lalu, air dari hulu akan mengalir ke Bekasi. 

Sementara, kondisi di Bekasi tidak siap menampung air dengan volume yang besar. 

"Bekasi itu wilayah coverage, karena di bawah dari sini, itu meliputi wilayah yang saya katakan, Sentul, Bogor, wilayah Cikeas, itu masuk ke mana, ke aliran Sungai Cikeas dan Cileungsi, volumenya gede banget, dua sungai enggak tertampung, ujungnya di Bekasi itu cuma ada Kali Bekasi yang besar satu," jelas Yayat. 

Padahal, ketika tidak banjir pun, muka air di kali Bekasi dengan muka jalan hanya beda tipis.

Oleh karena itu, ketika curah hujan di daerah Bekasi atau daerah hulu (Bogor) tinggi, potensi banjir menjadi tinggi pula. 

Terhadap hal ini, Yayat mengatakan, Bekasi butuh tanggul untuk menangani masalah banjir. 

 Baca Juga: Pantauan Udara Banjir Karawang, 10 Ribu Orang Pilih Mengungsi | BENCANA BANJIR

Pasalnya, Yayat menilai, selama ini Bekasi kurang tersentuh dalam hal infrastruktur penanganan banjirnya. 

Padahal, daerah tetangganya, seperti di Bogor dan Jakarta, cenderung sudah lebih siap dan berbenah terhadap penanganan banjir. 

"Kemarin itu kita fokus ke Ciliwung karena Ciliwung itu dianggap penyebab sumber bencana di Jakarta," sebut Yayat. 

Namun, ketika Ciliwung sudah dibenahi habis-habisan, justru Bekasi yang berada di sekitarnya dan masih satu ekosistem, kurang tersentuh. 

"Bekasi yang juga metropolitan tidak didukung dengan upaya mitigasi bencana dengan infrastruktur yang siap untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di hulu (Bogor)," kata Yayat. 


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x