JAKARTA, KOMPAS.TV - Ribuan mahasiswa baru (Maba) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta atau Solo, diwajibkan untuk mendaftar ke akun aplikasi pinjaman online atau pinjol.
Kewajiban tersebut diduga berdasarkan permintaan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) yang sudah menggandeng aplikasi pinjol sebagai sponsorship dalam salah satu kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) dan Festival Budaya.
Rektor UIN Raden Mas Said, Mudofir, mengatakan adanya kerja sama antara DEMA dengan pihak pinjol tanpa sepengetahuan dari pihak universitas.
"Semua kegiatan-kegiatan terkait sponsorship dan kerja sama yang dilakukan tidak dilaporkan kepada pembina Dema apalagi pimpinan universitas," kata Mudofir Widyodiningrat dalam program Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Kamis (10/8/2023).
Pihaknya pun kata dia akan melakukan pendataan terkait siapa saja yang sudah registrasi dalam akun pinjol tersebut.
Langkah selanjutnya, Pihak Universitas juga akan melakukan pertemuan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Dan langkah selanjutnya, adalah kita berkonsultasi kepada OJK, kehawatiran untuk penyalahgunaan data dan bentuk perlindungan kampus kepada mereka," ujarnya.
Untuk lebih lengkapnya, berikut fakta-fakta polemik maba UIN Surakarta dimintai daftar Pinjol:
Dalam kerjasama dengan sponsor pinjol, DEMA telah melakukan memorandum of understanding (MoU). Mengutip Kompas.com, MoU tersebut tercantum nominal sebesar Rp160 juta sebagai kompensasi dari salah satu perusahaan pinjol yang bekerja sama dengan pihak Dema.
Baca Juga: Heboh! Ribuan Mahasiswa Baru UIN Solo Dipaksa Daftar Pinjol, DEMA Disebut Dapat Sponsor Rp160 Juta
Presiden Mahasiswa UIN Raden Mas Said, Ayuk Latifah menyatakan, kerja sama dengan aplikasi pinjol tidak terkait dengan kegiatan ospek atau Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PABK) 2023 dikampusnya. Melainkan, untuk kepentingan festival budaya yang akan mereka selenggarakan.
Dia memaparkan, total dana yang akan mereka terima dari sponsor dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa pendaftar yang telah aktif.
"Sebetulnya kami belum mendapatkan keuntungan dari sponsor," tutur Ayuk, Selasa (8/8) dikutip dari Kompas.com.
Ayu pun menegaskan kegiatan Festival Budaya sebenarnya justru bertujuan memberikan edukasi tentang literasi keuangan kepada para mahasiswa baru. Ia membantah jika hal itu merupakan komersialisasi dan penyalahgunaan data.
Melalui laman resmi UIN, Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta Mudofir Widyodiningrat menyatakan Dema dan Sema melangkah sendiri dalam melakukan penggalangan dana sponsorship dan tidak melaporkan terlebih dahulu kepada pimpinan universitas.
Ia pun mengaku pihak kampus akan menyelidiki permasalahan tersebut, Jika ditemukan adanya pelanggaran maka pihak kampus tak segan-segan menjatuhkan sanksi.
Sumber : Kompas TV/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.