Baca Juga: Bagaimana Penyakit Antraks Dapat Menyebabkan Kematian pada Manusia? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Lebih lanjut, ia berujar, tren kejadian antraks di Yogyakarta hampir setiap tahun terjadi, di antaranya pada 2019 sebanyak 31 kasus, dan 2022 sebanyak 23 kasus, meskipun selama ini belum ada laporan terkait kematian.
"Baru pada 2023 ini ada tiga kasus kematian akibat antraks di Indonesia. Satu suspek (WP) karena sudah ada hasil pemeriksaan laboratorium. Yang dua lainnya belum sempat diperiksa karena langsung meninggal," katanya.
Menurut Imran, tim investigasi kasus antraks di Yogyakarta telah memastikan dua pasien tersebut memiliki riwayat kontak dengan sapi yang positif antraks.
Antraks merupakan penyakit pada hewan pemakan rumput dan hewan liar, tetapi dapat menyerang manusia (bersifat zoonosis).
Adapun antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang kemudian dapat membentuk spora bila berada dalam kondisi lingkungan yang kurang sesuai.
Imran menyebut spora dapat bertahan hingga 40 tahun di dalam tanah.
Menurut penjelasannya, spora yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks ini umumnya masuk ke manusia dengan dua cara, yakni melalui luka atau mengonsumsi hewan ternak yang sakit.
"Spora ini bisa masuk ke manusia, melalui luka pada tubuh, atau makan dan minum dengan kandungan spora tadi. Bakteri ini juga bisa dimakan oleh hewan. Di mana hewan yang sakit ini dagingnya dikonsumsi manusia," jelasnya.
"Jadi ada dua cara (antraks menyerang manusia), bisa langsung dari tanahnya sendiri yang ada sporanya, bisa juga masuknya melalui hewan sakit yang dagingnya dikonsumsi manusia," tegasnya.
Baca Juga: Waspada Kasus Antraks di Gunungkidul, Pemerintah Lakukan Penyemprotan Disinfektan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.