MALANG, KOMPAS.TV - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membongkar penyebab terjadinya banjir bandang di Kota Batu Malang, Jawa Timur. Banjir bandang yang menerjang Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kamis (4/11/2021) itu setidaknya membuat tujuh orang meninggal dunia dan puluhan rumah serta fasilitas umum mengalami kerusakan.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengungkapkan penyebab banjir bandang tersebut.
Menurutnya musibah itu disebabkan karena adanya bendung alam yang jebol di kawasan hulu.
"Bendung alam ini terjadi karena tanah longsor di dekat aliran sungai. Ketika ada hujan dengan intensitas tinggi, bendung alam tersebut tidak mampu menahan tekanan air. Akibatnya, banjir bandang terjadi. Banjir itu membawa material lumpur dan pohon yang ikut dalam longsoran," kata Abdul, Sabtu (6/11/2021) seperti dikutip dari Tribunnews.
Muhari mejelaskan hasil itu didapat setelah BNPB meninjau kawasan hulu menggunakan helikopter.
"Terlihat ada sejumlah titik longsor di tebing-tebing yang berada di dekat aliran sungai," ungkapnya.
Baca juga: Wali Kota Batu Bersyukur Seluruh Korban Banjir Bandang yang Hilang Sudah Ditemukan
Ia melanjutkan bahwa kawasan perbukitan yang rawan longsor tersebut masuk kategori risiko menengah tingkat tinggi.
"Di bawah alur lembah sungai ada aliran air. Sisi tebing tidak dilindungi tumbuhan yang terlalu rapat dan memiliki akar kuat," kata dia.
"Pada saat hujan tinggi, terjadi longsor kecil dan menjadi bendung alam di aliran sungai tadi. Ini adalah salah satu spot yang kami cermati dari udara," ujarnya.
Kondisi di hilir yang banyak terdapat kebun musiman semakin memperparah banjir.
Pasalnya, tumbuhan kebun tidak cukup kuat untuk membendung banjir.
Tidak adanya tahanan berupa pohon di kawasan hilir ini membuat banjir semakin besar dengan lumpur dan kayu yang dibawanya.
"Di hilir cukup banyak kebun semusim di tebing sungai. Ketika hujan dengan intensitas tinggi, akar dari tanaman semusim tidak mengikat tanah sehingga membawa saturasi tanah ke bawah," tutur dia.
"Konsekuensinya, akan menambah kontribusi sedimen ketika ada air dari hulu. Ini yang perlu kita perhatikan," terangnya.
Baca juga: 300 Warga Mengungsi akibat Banjir Bandang di Kota Batu Malang
Berdasarkan temuan itu, BNPB menyarankan agar Pemkot Batu membersihkan kawasan hulu untuk membuka kemungkinan bendungan-bendungan alam yang masih ada.
Selain itu, juga disarankan menanam tanaman yang memiliki akar kuat agar potensi banjir bisa dikurangi.
BNPB juga menyarankan agar menghindari lereng untuk lahan semusim dan penegakan aturan sempadan sungai diperkuat, terutama untuk penggunaan kebun semusim tadi.
Penanaman pohon di kawasan datar juga perlu dilakukan agar bisa menjadi lahan serapan ketika menerima limpahan air dari hulu.
"Dengan memahami kasus ini, sebab utamanya adalah bendung alam yang terjadi," ungkapnya.
BNPB juga memberitahu, masyarakat perlu waspada dan tahu waktu yang tepat kapan evakuasi saat hujan deras.
Baca juga: Peringatan BMKG: 8 Daerah di Jawa Timur Siaga Banjir Bandang pada 7-8 November 2021
Muhari menyarankan masyarakat memanfaatkan situasi alam yang ada. Jika hujan deras lebih dari satu jam, maka bisa melihat ke luar rumah.
Apabila jarak pandang 30 meter tidak terlihat, berarti itu curah hujan sendang tinggi.
Itulah saatnya, masyarakat di bantaran sungai untuk evakuasi sementara sampai situasi aman. Termasuk juga di kawasan infrastruktur seperti jalan dan jembatan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.