Tidak adanya tahanan berupa pohon di kawasan hilir ini membuat banjir semakin besar dengan lumpur dan kayu yang dibawanya.
"Di hilir cukup banyak kebun semusim di tebing sungai. Ketika hujan dengan intensitas tinggi, akar dari tanaman semusim tidak mengikat tanah sehingga membawa saturasi tanah ke bawah," tutur dia.
"Konsekuensinya, akan menambah kontribusi sedimen ketika ada air dari hulu. Ini yang perlu kita perhatikan," terangnya.
Baca juga: 300 Warga Mengungsi akibat Banjir Bandang di Kota Batu Malang
Berdasarkan temuan itu, BNPB menyarankan agar Pemkot Batu membersihkan kawasan hulu untuk membuka kemungkinan bendungan-bendungan alam yang masih ada.
Selain itu, juga disarankan menanam tanaman yang memiliki akar kuat agar potensi banjir bisa dikurangi.
BNPB juga menyarankan agar menghindari lereng untuk lahan semusim dan penegakan aturan sempadan sungai diperkuat, terutama untuk penggunaan kebun semusim tadi.
Penanaman pohon di kawasan datar juga perlu dilakukan agar bisa menjadi lahan serapan ketika menerima limpahan air dari hulu.
"Dengan memahami kasus ini, sebab utamanya adalah bendung alam yang terjadi," ungkapnya.
BNPB juga memberitahu, masyarakat perlu waspada dan tahu waktu yang tepat kapan evakuasi saat hujan deras.
Baca juga: Peringatan BMKG: 8 Daerah di Jawa Timur Siaga Banjir Bandang pada 7-8 November 2021
Muhari menyarankan masyarakat memanfaatkan situasi alam yang ada. Jika hujan deras lebih dari satu jam, maka bisa melihat ke luar rumah.
Apabila jarak pandang 30 meter tidak terlihat, berarti itu curah hujan sendang tinggi.
Itulah saatnya, masyarakat di bantaran sungai untuk evakuasi sementara sampai situasi aman. Termasuk juga di kawasan infrastruktur seperti jalan dan jembatan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.