YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Terjadi 176 kali gempa guguran di Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng).
Dilansir laman resmi Badan Geologi Kementerian ESDM, Sabtu (16/10/2021), ratusan kali gempa guguran tersebut tercatat pada rekaman seismograf pada Jumat (15/10/2021).
Selain 176 kali gempa guguran, seismograf juga mencatat 19 kali gempa hembusan, 9 kali gempa low frequency, 128 kali gempa hybrid/fase banyak, dan 2 kali gempa tektonik jauh.
“Tingkat aktivitas Level III (Siaga) sejak tanggal 5 November 2020 pukul 12:00 WIB. Gunung api Merapi (2968 m dpl) mengalami erupsi tidak menerus,” demikian tertulis dalam keterangan tersebut.
Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-150 meter dari puncak.
Cuaca cerah hingga mendung, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur dan barat. Suhu udara sekitar 14-28°C.
Potensi bahaya yang ada saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah Sungai Woro dan sejauh 5 km ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Baca Juga: BMKG Analisis Kenaikan Suhu di DIY dan Jateng: Penggunaan Lahan Tinggi hingga Kondisi Gunung Merapi
“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya.”
Selain aktivitas Gunung Merapi, juga dijelaskan mengenai aktivitas Gunung Ili Lewotolok di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang tercatat pada seismograf, Jumat (15/10/2021).
Seismograf mencatat terjadi 25 kali gempa letusan/erupsi, 68 kali gempa Hembusan, 118 kali gempa tremor non-harmonik, 1 kali gempa tektonik lokal, dan 2 kali gempa tektonik jauh.
“Tremor menerus, amplitudo 0.5-1 mm (dominan 0.5 mm).”
Tingkat aktivitas gunung ini berada pada Level III (Siaga) sejak 29 November 2020 pukul 13:00 WITA.
Peningkatan status ini dilatarbelakangi oleh adanya erupsi pada tanggal 27 November 2020 pukul 05:57 WITA dengan tinggi kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam tinggi 500 m di atas puncak (1923 m dpl), dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
“Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 34 mm dengan durasi erupsi tidak teramati jelas karena diikuti tremor menerus.”
Erupsi masih terjadi hingga saat ini. Erupsi terakhir terjadi pada tanggal 05 Oktober 2021 menghasilkan tinggi kolom erupsi 500 m. Warna kolom abu teramati Putih hingga Kelabu.
Baca Juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Ile Lewotolok Masih Terjadi, Sehari Bisa 26 Kali Erupsi
Berdasarkan pengamatan, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.
Teramati asap kawah utama berwarna putih, kelabu dan hitam dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 500-1000 meter dari puncak.
Cuaca cerah hingga mendung, angin lemah ke arah timur, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 24.7-33.9°C.
“Letusan disertai gemuruh dan dentuman lemah, sedang hingga kuat. Terdengar suara dentuman lemah serta teramati lontaran lava pijar, 300 m di atas puncak.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.