YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Dosen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Ashar Saputra mengembangkan rumah tahan gempa sebagai alternatif penyediaan rumah masyarakat yang aman gempa serta dapat memenuhi prinsip berkelanjutan. Ia menamakan rumah tersebut Rumah Instan Struktur Baja atau disingkat Risba.
Struktur Risba sudah melalui tahapan penelitian meliputi analisis struktur, desain, dan pengujian di laboratorium untuk mengetahui kinerja ketahanan gempa sehingga bisa mencegah kerusakan berat saat gempa.
Hasil penelitian menunjukkan struktur Risba bisa memenuhi target kekuatan dan kekakuan untuk menahan beban gempa rencana dengan lokasi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Palu, Sulawesi Tengah.
"Jumlah rumah yang harus dibangun kembali karena rusak berat pada saat gempa terbilang cukup banyak," ujar Ashar dalam siaran pers yang diterima KompasTV, Senin (30/8/2021).
Baca Juga: Teknik Konstruksi Rumah Tahan Gempa
Ashar mengatakan lebih dari 400.000 rumah rusak saat gempa Aceh pada 2004, 250.000 saat gempa Yogyakarta pada 2006, 77.000 saat gempa di NTB pada 2018, dan 65.000 pada gempa di Sulawesi Tengah.
Rumah dengan teknologi Risba telah cukup banyak diterapkan pada proses rekonstruksi pasca gempa NTB, gempa Sulawesi Tengah, dan baru-baru ini dibangun unit rumah
contoh di Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur (NTT) pasca bencana badai Seroja.
Pembangunan Risba di Adonara membuktikan bahwa teknologi ini mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan penjelasan teknis dilakukan hanya sekitar dua jam kepada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maumere, NTT.
Ashar menjelaskan secara teknis, kelemahan bangunan terhadap gaya gempa disebabkan oleh dua aspek sifat bahan bangunan yang digunakan yaitu sifat berat dan getas.
Bahan bangunan berupa tembok bata merah cukup berat sehingga gaya gempa yang harus ditanggung oleh struktur bangunan juga menjadi besar.
Sifat material bangunan rumah yang juga menyebabkan tidak tahan gempa adalah sifat yang getas atau mudah patah dengan adanya dorongan gempa.
Pasangan bata dan komponen beton bertulang yang tidak memenuhi standar teknik akan bersifat getas sehingga mudah patah dan runtuh saat peristiwa gempa.
Untuk mencapai kualitas tahan gempa, awet, dan standar teknis, ia memilih bahan baja sebagai struktur utama.
Secara mekanika, bahan baja memiliki perilaku yang ulet, liat, dan tidak mudah patah karena beban bolak-balik seperti yang ditimbulkan dari getaran gempa.
Baca Juga: Kementerian PUPR Kembangkan Teknologi Rumah Tahan Gempa
Selain itu, baja sudah tersedia di pasar dengan jumlah yang memadai untuk pembangunan secara massal dan sudah mengikuti standar SNI.
Ashar tidak menampik bahan baja memang tergolong mahal sebagai bahan konstruksi. Namun dengan pemilihan penampang dan modifikasinya, persoalan harga ini bisa diatasi dan rumah tahan gempa bisa terwujud.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.