PACITAN, KOMPAS.TV - Sebuah video yang merekam fenomena angkasa yang terjadi di Pacitan, Jawa Timur viral di media sosial.
Rekaman tersebut diunggah oleh akun Facebook, Pacitan Network, Sabtu (07/08/2021) kemarin.
"Fenomena langit terbelah oleh mega di Kabupaten Pacitan hari ini tanggal 6 Agustus, sangat cantik ini, seperti ombak, seperti kayak ada badai gitu di mana membelah memisahkan dari Timur kemudian Barat," jelas perekam.
Hingga Senin (09/08/2021) video tersebut telah ditonton lebih dari 3 ribu kali oleh netizen.
Salah satu netizen khawatir fenomena tersebut merupakan tanda datangnya gempa.
Dia beralasan ketika Yogyakarta diguncang gempa, muncul fenomena serupa di langit.
Baca Juga: Ikan dengan Gigi Manusia Ditangkap di AS, Warganet Gempar
Fenomena Langit Di Pacitan Jawa Timur
Posted by Pacitan Network on Friday, August 6, 2021
"Mudah-mudahan bukan pertanda gempa seperti gempa Jogja dulu.. beberapa hari sebelum gempa.. juga nampak awan kayak gitu di Jogja.. melintang dari barat daya ke timur laut," tulis netizen tersebut.
Benarkah demikian? Berikut penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Dua Dugaan Kejadian
Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menjelaskan terdapat dua kemungkinan dalam munculnya fenomena langit terbelah itu.
Pertama, awan tersebut merupakan bentuk unik berupa roll cloud atau awan gulung yang beberapa kali terjadi di berbagai tempat.
Awan gulung bisa terbentuk kerena ada pertemuan dua masa udara dengan kelembapan atau kandungan uap air yang berbeda.
Kedua hal tersebut terjadi dipengaruhi oleh pertemuan angin regional.
"Dengan angin laut atau darat atau terbentuk pada garis front dua masa udara yang berbeda kandungan uap airnya," jelasnya dikutip dari Kompas.com, Senin (09/08).
Baca Juga: Viral Video Aksi Pramugari Berdiri di Puncak Menara Tertinggi di Dunia, Ini Faktanya
Kedua, awan itu terbentuk akibat pesawat jet yang melintas.
Meski jejaknya relatif kecil, Daryono menjelaskan diameter awan dari lintasan jet lebih kuat dengan warna langit.
"Contrail (jejak uap air) ini umurnya sangat pendek biasanya dalam skala menit bisa hilang, bentuknya mirip awan sirus," papar Daryono.
Fenomena Biasa, Bukan Pertanda Gempa
Meski demikian, fenomena yang terjadi di angkasa itu merupakan hal yang biasa terjadi.
Daryono menegaskan hal tersebut bukanlah tanda gempa besar atau bencana lain.
Sebagian masyarakat, jelas Daryono menduga fenomena tersebut berkaitan sebagai pertanda gempa tiba.
Dugaan tersebut masih sangat spekulatif sebab belum ada kajian ilmiah yang dapat membuktikan kebenarannya.
Baca Juga: Muncul Deteksi Bibit Siklon Tropis, BMKG: Tak Berpengaruh, Potensi Hujan karena Fenomena Lain
Dia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dalam menanggapi terjadinya fenomena atmosferik tersebut.
"Yang pasti awan tersebut merupakan fenomena atmosferik biasa. Untuk itu kepada masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak mudah percaya dengan isu yang berkembang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," pungkasnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.