RIAU, KOMPAS.TV-
Terdampaknya sektor perekonomian akibat pandemi Covid-19 di Indonesia, tidak menyurutkan upaya sejumlah kelompok tani di Desa Gunung Batu dan Desa Rejosari, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Meski perekonomian warga sempat terpuruk, kelompok tani ini berhasil bangkit dengan memanfaatkan budidaya reaktor cacing merah. Pengembangan budidaya cacing merah ini baru pertama kali di Provinsi Riau, dan para kelompok tani telah mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
Budidaya cacing merah ini juga tidak terlalu sulit, yaitu dengan memanfaatkan bambu sebagai alat reaktor untuk mengembangbiakan cacing merah yang tentunya bisa menekan biaya.
Rabung reaktor dibuat dengan susunan bambu yang diikat dengan tali, kemudian dipasang menggunakan jaring agar cacing tidak keluar. Reaktor ini kemudian diisi dengan kotoran sapi dan dicampur dengan ampas sawit. Setelah terisi penuh, maka tabung reaktor baru diisikan bibit cacing merah. Setelah 45 hari, cacing merah sudah bisa dipanen. Dari 200 gram bibit cacing yang dibudidayakan dapat menghasilkan 5 sampai 7 kilogram cacing merah yang siap dipasarkan dengan harga 250 ribu rupiah perkilogramnya.
Selain itu, ampas hasil kotoran cacing ini juga bisa dimanfaatkan untuk hasil pertanian seperti cabe, terong, buah naga, pepaya, serta tanaman palawija lainnya. Kotoran cacing yang digunakan untuk pupuk berbagai tanaman ini dapat meningkatkan hasil pertanian karena tanah menjadi subur.
Selain mendapatkan hasil penjualan dari budidaya cacing merah ini, para petani juga dapat mengembangkan hasil pertanian mereka dengan harga jual yang cukup tinggi. para kelompok tani berharap usaha mereka dapat lebih dikembangkan dengan memproduksi cacing merah untuk dijadikan pakan makanan ikan, dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.