Kompas TV regional peristiwa

Dikira Layangan, Warga Tuban Gambarkan Sinar yang Diduga Lintang Kemukus

Kompas.tv - 13 Oktober 2020, 19:15 WIB
dikira-layangan-warga-tuban-gambarkan-sinar-yang-diduga-lintang-kemukus
Tangkapan dokumentasi sinar oranye yang diduga sebagai fenomena lintang kemukus. (Sumber: Facebook Info Pekalongan Raya)
Penulis : Idham Saputra

TUBAN, KOMPAS.TV – Fenomena lintang kemukus menjadi ramai saat sejumlah warga melihat langsung sebuah sinar berwarna oranye di langit.

Junaidi, salah satu warga di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mengaku melihat sendiri fenomena tersebut.

Warga Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Tuban itu bergegas keluar saat para tetangganya ramai berkumpul di luar rumah dan membicarakan bintang jatuh.

Sesampainya di luar rumah, terlihat jelas sinar oranye itu di langit sebelah utara di atas Laut Jawa, Tuban.

"Waktu kemunculan persisnya tidak tahu, diperkirakan ya pukul 20.00 malam. Sebab, saya tahunya itu setelah para tetangga ramai, lalu saya keluar dan melihatnya," kata Junaidi, Senin (12/10/2020), dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Ancaman La Nina, Jokowi Peringatkan 3 Sektor Ini

Awalnya Junaidi bersama para warga mengira sinar itu adalah layang-layang yang sengaja ditempeli lampu sehingga membuat sinarnya terlihat sampai bawah.

Tetapi ketika diperhatikan lebih dari setengah jam, sinar tersebut tidak bergerak seperti layang-layang.
Sayangnya Junaidi tidak sempat merekam peristiwa itu lantaran ia tidak sedang membawa handphone yang ada kameranya.

"Kalau panjang aslinya enggak tahu, tapi dilihat dari bawah panjangnya ya sekitar 1 meter lebih, dan cahayanya jelas terang, sesekali redup," terangnya.

Senada dengan Junaidi, Ghofar warga Kelurahan Mondokan, Tuban juga melihat fenomena yang disebut lintang kemukus itu dari sisi utara barat laut Jawa.

Ketika Ghofar hendak mendokumentasikan sinar tersebut lewat handphone-nya, sinar itu keburu meredup.

"Saya melihatnya sudah mulai redup, sekitar pukul 21.30 WIB. Mau ambil foto atau video pakai handphone sudah enggak bisa jelas," kata Ghofar, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (13/10/2020). 

Baca Juga: BMKG: Sejumlah Daerah di Indonesia Diprediksi Hujan Lebat Seminggu ke Depan

Menurut cerita lama, munculnya lintang kemukus yang terlihat oleh beberapa warga di Tuban dan Bojonegoro diyakini akan terjadi peristiwa besar yang berakibat buruk pada alam dan isinya. 

Penjelasan Peneliti

Lintang kemukus dijelaskan sebagai jenis meteor yang agak besar.

Hal tersebut disampaikan Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Emanuel Sungging Mumpuni.

"Itu fireball atau meteor yang agak besar, kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor," kata Sungging, Minggu (11/10/2020) pagi. 

Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, juga terjadi hujan meteor Draconid pada 6-10 Oktober 2020. 

Baca Juga: Hadapi Fenomena La Nina, Rekomendasi BNPB untuk Masyarakat

Sungging membenarkan kemungkinan bahwa fenomena yang terlihat tersebut juga termasuk hujan meteor. 

"Bisa jadi (hujan meteor Draconid)," jawabnya.

Hujan meteor Draconid ini disebutnya hanya akan berlangsung sekitar dua hari. Selain itu, fenomena ini juga normal terjadi dan tidak berbahaya.

Sementara menurut astronom amatir Marufin Sudibyo, penampakan cahaya lurus kemerahan pada 10 Oktober di Tuban-Lamongan-Bojonegoro dan sedikit Jombang itu bukan lintang kemukus.

“Ditunjang dengan citra satelit cuaca di malam tersebut, maka sementara bisa disimpulkan fenomena itu buatan manusia, produk pemantulan cahaya lampu-lampu kuat di darat ke langit,” tulis Marufin melalui akun Twitter pribadinya @marufins.

Baca Juga: Peneliti ITB: Ada Potensi Tsunami Besar di Selatan Pulau Jawa

Dalam astronomi, lintang kemukus adalah komet, benda langit kecil yang sangat kaya es dan bekuan senyawa ringan lainnya. 

Komet membentuk struktur ekor saat mendekati matahari. Oleh sublimasi bekuan-bekuannya menjadi gas dan plasma yg mendorong debu-debu dan pasir penyusun komet ke lingkungan. 

“Pada saat ini tidak ada komet yang kasat mata hadir di langit kita. Maka cahaya lurus kemerahan itu sama sekali bukan lintang kemukus,” kata Marufin. 

“Cahaya tersebut juga bukan meteor, karena muncul dalam wktu yang cukup lama (hampir sejam). Sementara meteor paling terang sekalipun takkan berumur lebih dari 20 detik,” lanjutnya.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x