JAKARTA, KOMPAS.TV – Kemenangan Arab Saudi dan Jepang di perhelatan Piala Dunia Qatar 2022 menjadi pembicaraan di mana-mana. Dunia media sosial, misalnya, Jepang trending, bukan saja karena para pemainnya yang ngotot tapi juga sejumlah penontonnya yang membersihkan bangku usai menonton. "Asia semakin menggila di Piala Dunia kali ini," begitu bunyi cuitan @ella evaristo.
Tak jauh beda dengan Arab Saudi, fans sepak bola dunia dibuat terkaget-kaget. "Keberanian Arab Saudi main high-line vs Argentina memang patut diacungi jempol. Ini strategi yang efektif," cuit @theflanker.
Sebaliknya, pada Selasa (22/11/2022) rakyat Argentina meratapi kekalahannya dari tim yang tidak diunggulkan, Arab Saudi. Bagaimana tidak, tim Argentina yang menduduki ranking tiga dunia, dilengkapi dengan pemain terbaik Lionel Messi, harus bertekuk lutut di bawah tim gurem. Arab Saudi menduduki ranking 51 dunia, tidak diperkuat oleh pemain kelas dunia.
Satu hari setelahnya, giliran tim panser Jerman yang harus mengakui kedigdayaan tim Asia lainnya, yaitu Jepang. Jerman adalah salah satu negara paling sukses dalam gelaran Piala Dunia. Tim panser tercatat pernah mengangkat piala paling bergengsi di dunia sepak bola ini sebanyak empat kali, yaitu tahun 1954, 1974, 1990, dan 2014.
Sedangkan negara-negara Asia, di panggung Piala Dunia kerap dianggap hanya sebagai penggembira yang kerap gagal lolos dari fase grup. Namun dua kemenangan berturut-turut ini menjadi asa bagi kebangkitan sepak bola Asia untuk bisa unjuk gigi di perhelatan Piala Dunia.
Baca Juga: Inspirasi Arab Saudi di Balik Gagahnya Samurai Jepang Bikin Jerman Tak Berkutik
Keberhasilan Arab Saudi bukan semata-mata keberuntungan atau hasil dari doa semalaman. Ada taktik dan strategi mumpuni yang disusun dengan apik oleh pelatih Herve Renard. Dikutip dari laman Instagram Harian Kompas, Renard menjalankan strategi bak “perjudian” dengan prinsip ‘high risk, high return’ atau dengan risiko tinggi, maka akan menghasilkan keuntungan yang tinggi juga.
Renard merajut perangkap offside yang sudah direncanakan sejak awal untuk menjebak Messi dan kawan-kawan. Strategi ini terbukti jitu, karena tiga serangan berpotensi gol yang diciptakan Argentina, akhirnya divonis offside oleh wasit. Arab Saudi bermain dengan lini pertahanan tinggi, dengan jarak pemain paling depan dan paling belakang dibuat serapat mungkin.
“Perjudian” ini berakhir dengan mengesankan. Arab Saudi menjadi tim Asia pertama yang mampu mengalahkan Argentina dalam sejarah Piala Dunia. “Kami telah membuat sejarah untuk sepak bola Arab Saudi. (Kisah) ini akan bertahan selamanya. Itulah yang paling penting,” kata Renard seperti dikutip dari Harian Kompas.
Baca Juga: Demi Hindari Brasil sebelum Final, Argentina Sengaja Kalah dari Arab Saudi?
Di sisi lain, keberhasilan Jepang mengalahkan Jerman tidak terlepas dari kesuksesan pemain-pemain mereka untuk merumput di Bundesliga. Dua pemain Jepang yang berhasil menjebolkan si kulit bundar ke jantung pertahanan Jerman adalah Ritsu Doan dan Takuma Asano. Doan tercatat sebagai pemain sayap SC Freiburg dan Asano merupakan pemain sayap Vfl Bochum.
Diperkuat dengan pemain-pemain yang telah merumput di Bundesliga tampaknya menjadi modal yang berharga bagi tim Jepang untuk mengenali pola permainan skuad Die Mannschaft. Kedua pemain didikan Jerman itu, tragisnya malah menjadi kunci kekalahan tim Jerman.
Keberhasilan Arab Saudi dan Jepang pun ramai disebut kebangkitan dan cahaya Asia dalam perhelatan pesta sepak bola empat tahunan ini.
Memang, Piala Dunia yang hanya datang empat tahun sekali, layak diperjuangkan dengan segenap pertaruhan yang sebesar-besarnya, selaras dengan kata-kata yang pernah dilontarkan Sutan Sjahrir, “Hidup yang tidak pernah dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan.”
Sumber : Kompas TV, Harian Kompas
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.