JAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang pendukung kesebelasan Arema, yang sering disebut Aremania, yang selamat dari tragedi Kanjuruhan meminta pemerintah lewat Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) agar para korban mendapatkan keadilan.
Hal itu diungkapkan seorang Aremania bernama Rangga Febriansyah Putra, saat bersama dengan Anton Sanjoyo, wartawan olah raga senior sekaligus salah satu anggota TGIPF.
"Harapan saya, ada keadilan untuk korban," papar Angga dalam Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa (4/10/2022).
Angga juga menyampaikan, dari yang ia lihat di stadion saat itu, dengan mata kepalanya sendiri ia menegaskan kebanyakan suporter tidak punya niat anarkis, apalagi merusak.
Dari sana juga banyak anak-anak dan ibu-ibu dan juga anak-anak, serta orang tua. Mereka ini, kata Rangga, tidak punya niat anarkis tapi jadi korban.
"Karena di tribun, banyak mereka tidak punya niat anarkis. banyak ibu-ibu, anak-anak, orang tua. Mereka tidak bersalah, asap gas itu timbulkan kepanikan luar biasa," paparnya.
Ia juga cerita, sampai sekarang ini, sesama Aremania masih saling mengabarkan tentang sesama suporter yang masih sakit ataupun yang jadi korban.
Baca Juga: Kisah Aremania Selamat, Bertahan Saat Gas Air Mata Ditembakkan Polisi ke Arah Tribun
Joy, sapaan Anton Sanjoyo, menegaskan pihaknya akan saling bertemu dengan para anggota TGIPF lainnya pada hari ini dan mengumpulkan data-data terkait peristiwa nahas ini.
Ia lantas mengungkapkan, sebagai pribadi yang lama berkecimpung dalam dunia sepak bola nasional, peristiwa ini harusnya bisa dihindari jika PSSI menyiapkan fondasi kuat dalam sepak bola nasional, bukan sekadar bisnis belaka.
"Sebagai pribadi saya garis bawahi, kesalahan terbesar di PSSI. Selama puluhan tahun, tidak bangun fondasi kuat, terutama dalam hal sportivitas. tidak ada kompetiis yang memperlihatkan dari muda, menang-kalah itu biasa. Itu mulai dari sana," ungkapnya.
Baca Juga: Komnas HAM Ungkap Ternyata Hanya Ada 2 Pintu yang Terbuka Saat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
"Bukan dari liga 1, itu sudah bau bisnis. Kalau pertandingan ini malam, 'kan sudah sudah ada histori panjang antara Arema vs Persebaya, misalnya, tapi dijawab, ini kan nggak ada bonek. Tapi kan 3-4 minggu lalu bonek juga masuk ke lapangan, sebagai contoh," tambah Joy.
"ini PSSI, panpel dan LIB, daya penciumannya krisis. Yang mereka pikirkan uang. Kemudian pertandingan kalau malam hari, karena petugas kemananan susah di malam hari. Saya garis bawahi itu," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan usai berakhirnya laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10).
Akibatnya lebih dari seratus orang dilaporkan menjadi korban.
Data terbaru insiden ini mengungkapkan sebanyak 125 orang meninggal dunia. Sementara korban luka berat 21 orang dan luka ringan 304 orang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.