Kompas TV olahraga kompas sport

Piala Dunia 1994 - Kesengsaraan Roberto Baggio di Rose Bowl

Kompas.tv - 3 September 2022, 07:20 WIB
piala-dunia-1994-kesengsaraan-roberto-baggio-di-rose-bowl
Momen kegagalan Roberto Baggio dalam mengeksekusi penalti di laga final Piala Dunia 1994 Amerika Serikat antara Italia vs Brasil. (Sumber: Twitter @FIFAWorldCup)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Piala Dunia 1994 Amerika Serikat merupakan salah satu turnamen sepak bola terbesar di dunia yang tidak akan bisa dilupakan, terutama oleh Roberto Baggio. 

Bagaimana tidak, karena kegagalan eksekusi tendangan penaltinya, Italia gagal menjadi juara dunia di tahun tersebut. 

Di laga final Piala Dunia 1994 itu, laga Italia vs Brasil berakhir tanpa gol selama 120 menit pertandingan. 

Pemenang laga pun harus ditentukan melalui babak tos-tosan adu penalti. Kegagalan Franco Baresi dan Daniele Massaro dalam menceploskan bola ke gawang Taffarel membuat Italia tertinggal 3-2.

Dengan fakta tersebut, Baggio yang menjadi eksekutor terakhir harus bisa melaksanakan tugasnya demi menjaga asa Gli Azzurri. 

Sayangnya, di momen krusial itu, tendangan Baggio justru melambung ke atas gawang. Romario cs pun bersuka cita sementara pasukan Arrigo Sacchi harus tertunduk lesu. 

"Itu adalah luka yang tidak pernah menutup,” kata Baggio dikutip dari FIFA.com.

Baca Juga: Deretan Rekor Piala Dunia yang Susah Dipecahkan: Pelatih Termuda sampai Top Skor Sepanjang Masa

“Saya telah bermimpi bermain di final Piala Dunia sejak saya masih kecil, tetapi saya tidak pernah berpikir itu bisa berakhir seperti itu."

"Sampai hari ini, saya masih belum benar-benar menerima bahwa itu terjadi. Itu menghantuiku," ujarnya. 

Kegagalan penalti Baggio itu menjadi antiklimaks selama penampilannya di Piala Dunia 1994.

'Il Divin Codino' (Ekor Kuda Ilahi) bisa dibilang menjadi pemain luar biasa turnamen sebelum laga final yang menentukan itu.

Dia menjadi penentu saat melawan Nigeria dan Spanyol sebelum mengamankan tempat Italia di Rose Bowl lewat dua golnya melawan Bulgaria.

Baggio bercerita, ia pun tak menyangka kenapa tendangannya justru melambung jauh di atas mistar gawang. 

Baca Juga: Piala Dunia 2022 di Depan Mata, Simak Megahnya 8 Stadion Qatar yang Jadi Venue Pertandingan

"Ketika saya menuju ke posisi itu, pikiran saya cukup jernih,” kenangnya dalam otobiografinya, Una Porta Nel Cielo (A Goal In The Sky).

“Saya tahu (Taffarel) selalu menjatuhkan diri jadi saya memutuskan untuk menembak ke tengah, sekitar setengah jalan, jadi dia tidak bisa menghalau dengan kakinya."

“Itu adalah keputusan yang cerdas karena Taffarel menebak ke kirinya, dan dia tidak akan pernah mencapai tembakan yang saya rencanakan."

"Sayangnya, dan saya tidak tahu bagaimana, bola naik tiga meter dan melayang di atas mistar gawang," ucapnya. 

Sesaat usai kegagalan tersebut, dia merasa sangat tersiksa. Bahkan Baggio mengaku tidak bisa melupakan momen terburuk dalam karier sepak bolanya itu. 

“Saya merasa sekarat di dalam diri saya. Juga, saya memikirkan reaksi yang akan dialami oleh rekan senegara saya," kenangnya. 

“Itu memengaruhi saya selama bertahun-tahun. Saya masih memimpikannya. Dan jika saya bisa menghapus momen dari karier saya, maka itu adalah momennya," pungkas Baggio.

Baca Juga: Kilas Balik Piala Dunia: Kala Sportivitas Korea Selatan Membuat Pemain Turki Meneteskan Air Mata




Sumber : FIFA.com




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x