Menurut data yang dimiliki SOS, lanjut Akmal, Sopiana dan Solihin merupakan korban ke-77 dan 78 yang meregang nyawa sejak Liga Indonesia digelar pada 1994.
"Ini tidak boleh dianggap remeh atau disebut sebagai kecelakaan sepakbola biasa. Ini harus ditangani serius oleh pihak-pihak terkait agar tidak berulang ke depannya,” tambahanya.
“Panitia harus bertanggung jawab atas kejadian ini dan diberikan sanksi tegas. Apalagi turnamen ini mengatasnamakan Presiden Joko Widodo. Sungguh sangat memprihatinkan," sambungnya.
Menurut Akmal, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku panitia pelaksana tidak mampu menjalankan Standard Operating Procedure (SOP) dengan benar.
Apalagi, menurutnya, di kasus bobotoh yang meninggal sepertinya tidak juga melakukan antisipasi kemungkinan membludaknya jumlah penonton.
Baca Juga: #BobotohBerduka, Beckham Putra: Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa!
Selain itu, ia merasa kurang adanya sosialisasi aturan bahwa setelah Covid-19 melandai dan pertandingan sepak bola dibolehkan pakai penonton, dalam Piala Presiden saat ini jumlah penonton di stadion masih dibatasi.
Menurutnya, Ini tidak diantisipasi dengan benar. Termasuk masuknya flare ke dalam lapangan.
"Sebagai event organizer LIB paling bertanggung jawab atas jatuhnya korban nyawa. Sepak bola itu hiburan, bukan kuburan," Akmal menegaskan.
Baca Juga: PSSI Buka Suara soal Bobotoh Meninggal saat Laga Persib vs Persebaya pada Piala Presiden di GBLA
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.