JAKARTA, KOMPAS.TV - Sekelompok anak muda di kawasan Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat, berhasil mengembangkan kebun komunal yang dinamakan Seni Tani.
Salah satu pendiri Seni Tani, Vania Febriyantie mengatakan, awal terbentuknya komunitas agrikultur berbasis sosial itu saat terjadi pandemi Covid-19 tahun 2020, di mana masyarakat di sekitar tempat tinggalnya kesulitan mendapatkan sumber pangan yang sehat.
Di sisi lain, banyak lahan tidur di lingkungan tersebut.
Mulai dari milik warga hingga milik PLN, yang hanya dijadikan tempat pembuangan perabot rumah tangga yang sudah tak terpakai.
Bersama pemuda di lingkungannya, Vania kemudian mengubah lahan kosong itu menjadi kebun komunal yang ditanami berbagai sayuran.
Setelah panen, hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan warga sekitar.
“Udah bertahun-tahun di Arcamanik aku tinggal, banyak lahan terbengkalai, banyak Kasur, banyak karpet," kata Vania dalam diskusi di acara Lestari Summit di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
"Akhirnya kita gerakin aja, yuk anak muda, orang-orang sekitar buat mengolah lahan tersebut menjadi kebun komunal yang produktif, sehingga bisa dapat akses pangan yang dekat,” imbuh Vania.
Baca Juga: KG Media Gelar Acara Akbar Lestari Summit 2024 Bahas SDGs dan Ekonomi Berkelanjutan
“Terus juga harapannya kita bisa tahu asal makanannya ini dari mana jelas gitu ya. Karena kita nggak tahu dari sistem pangan sekarang, misalnya asal tomat itu dari mana, makanan lain dari mana," katanya.
Menurutnya, ketika memanfaatkan lahan tidur, memanfaatkan segala resources, termasuk membuat kompos sendiri dari sampah rumah tangga masyarakat, bisa dapat masyarakat setidaknya sayur-mayur yang sehat-sehat.
Perubahan terjadi saat pandemi berakhir dan masyarakat sudah kembali beraktivitas normal.
Kebun dengan konsep urban farming itu kekurangan sumber daya manusia untuk mengolah lahan, sehingga sempat terbengkalai.
Vania dan rekan-rekan pun mengajak anak muda lainnya yang belum memiliki pekerjaan atau yang memiliki waktu luang untuk mengelola kebun dengan konsep usaha sosial atau social enterprise.
Seni Tani memperluas jangkauan konsumen sayur dari hasil kebunnya, ke luar Arcamanik.
Mereka menawarkan konsep agar orang-orang membayarkan sejumlah dana di awal dan mereka akan mendapatkan pasokan sayur seminggu sekali saat masa panen.
Dengan cara itu, kebun komunal Seni Tani bisa mendapatkan dana pengelolaan di awal sehingga produktivitas kebun terus berlanjut.
Menurut Vania, konsep itu memenuhi 3 unsur yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Selain mengolah lahan tidur jadi lebih bermanfaat dan memberi penghasilan kepada warga, mengelola kebun Seni Tani juga banyak dimanfaatkan anak muda untuk healing.
Baca Juga: Lestari Summit 2024 Gandeng Berbagai Stakeholder demi Penuhi Target SDGs
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.