JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat Politik dari Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai wacana memasangkan Anies Baswedan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2024 hanya indah di atas kertas.
Menurutnya akan banyak hambatan yang dihadapi untuk mengawinkan keduanya dalam pelaminan poltik pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada November 2024.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini menilai meski dalam politik semua kemungkinan bisa terjadi, untuk kasus ini peluang kemungkinan bisa terjadi sangat kecil.
Hambatan pertama, soal basis massa. Burhanuddin menjelaskan kedua tokoh tersebut punya latar belakang basis massa yang berbeda, yang membuat sulit untuk menduetkan Anies dan Ahok.
Jika melihat akar rumput di PDI-Perjuangan, partai yang menaungi Ahok, pastinya akan sulit untuk menerima kehadiran Anies.
Baca Juga: PDI-P Cermati Sejumlah Nama Kandidat Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI, Akui Ahok-Anies Masuk Radar
Begitu juga bagi massa Anies. Basis Islamis yang menjadi pendukung Anies akan sulit menerima Ahok.
Jika tetap digabungkan, ada kemungkinan hasil yang didapat malah merugikan keduanya, karena ditinggal oleh elektoral dan basis masa masing-masing.
"Jangan-jangan kalau digabungkan justru yang terjadi kimiawinya, senyawanya negatif. Alih-alih menambah suara tapi malah menurunkan," ujar Burhanuddin di program Kompas Petang KOMPAS TV, Selasa (7/5/2024).
Kedua, garis perjuangan Anies berbeda dengan garis idiologi PDI-P. Hal itu jugalah yang membuat Pilkada DKI 2017 melahirkan kompetisi elektoral sangat panas.
Ketiga, hambatan teknis. Burhanuddin menjelaskan ketika keduanya dipasangkan. Hambatan teknis tersebut adalah siapa yang akan menjadi calon gubernur, siapa yang menjadi calon wakil gubernur.
Baca Juga: Anies Jawab soal PDIP Buka Pintu Maju Pilkada DKI: Menandakan Sama-Sama Peduli Masa Depan Jakarta
Menurut Burhanuddin belum tentu Ahok bersedia menjadi wakil Anies. Begitu pula sebaliknya.
"Pertanyaannya apakah Anies bersedia sudah turun peringkat, sebelumnya capres jadi cawagubnya Ahok, gitu kan," ujarnya.
Di sisi lain Burhanuddin menjelaskan meski punya perbedaan yang sangat mendasar, keduanya memiliki kesamaan.
Pertama, Anies dan Ahok merupakan bagian dari tiga tokoh yang punya elektabilitas tinggi. Hal itu bisa dilihat dari hasil survei terakhir Indikator Politik Indonesia pada Februari 2024.
Persamaan kedua yakni Anies dan Ahok secara politik berada di luar status quo.
Baca Juga: Ramai soal Bursa Pilgub, Ahok Angkat Bicara soal Kriteria Ideal sebagai Pemimpin Jakarta!
Anies, sambung Burhanuddin, menjadi salah satu pengkritik utama pemerintahan Joko Widodo. Tentu saja Jokowi atau Prabowo punya calon yang akan diusung di Pilkada DKI Jakarta.
Pada saat yang sama Ahok, walaupun belum mendapat tiket sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta, tapi belakangan ini semangatnya sama.
Ahok mengkritik kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Plt Gubernur DKI Jakarta Heru Budi yang ingin menonaktifkan KTP warga DKI yang tidak tinggal di DKI Jakarta.
Namun meski keduanya berada di posisi yang sama, bukan berarti juga hal itu bisa menjadi titik temu untuk menduetkan Anies dan Ahok di Pilkada DKI Jakarta.
"Saya rasa wacana duet Anies dengan Ahok, atau Ahok dengan Anies ini wacana yang indah di atas kertas. Tetapi realpolitik masih sulit untuk menduetkan keduanya dalam satu pelaminan politik," ujar Burhanuddin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.