JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Staf Angkatan Darat atau KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menanggapi aksi penyerangan yang dilakukan sejumlah oknum anggota TNI terhadap markas Polres Jayawijaya, Papua, pada Sabtu (2/3/2024) malam lalu.
Menurut dia, aksi penyerangan yang dilakukan oleh anak buahnya itu merupakan hanyalah sekadar emosi sesaat anak muda.
Yang terpenting, kata Maruli, tidak ada korban jiwa dalam aksi penyerangan yang dilakukan oleh anggota TNI dari Batalyon 756/WMS tersebut.
Baca Juga: Pangdam Cendrawasih Tegaskan Aksi TNI Serang Polres Jayawijaya Bukan Jiwa Korsa: Ini Pelanggaran
"Ya mudah-mudahan tidak sampai ada korban jiwa apa segala macam lah. Tapi ini saya pikir anak-anak muda yang emosi sesaat lah," kata Maruli di Markas Kopassus, Jakarta Timur, Kamis (7/3/2024).
Menurut Maruli, pihaknya sudah berhasil meredam emosi para prajurit TNI AD tersebut.
Ia pun memandang, kenakalan para prajurit TNI itu belum mencapai taraf serius, karena tidak sampai menimbulkan korban jiwa ataupun menggunakan alutsista.
"Selama ini tidak sampai ada korban jiwa, lumpuh, menggunakan alutsista, ya kita mungkin anggap ini mudah-mudahan, mungkin kenakalan-kenakalan yang tetap kita anggap tidak cukup serius. Karena institusi yang diserang, tetap kita lakukan itu (penetapan tersangka),” ucapnya.
Meski begitu, Maruli mengakui bahwa kejadian bentrok seperti ini terus berulang, meskipun TNI selalu melakukan evaluasi.
Dia mengaku akan mengevaluasi perihal sistem komunikasi, sehingga tidak ada lagi kejadian salah paham seperti yang terjadi di insiden Polres Jayawijaya.
"Kita evaluasi juga bagaimana komandan di sana dengan kapolres-nya. Sebetulnya mereka kan forkopimda. Itu kalau batalion berarti forkopimda plus,” ujarnya.
Baca Juga: Penyerangan Polres Jayawijaya: 21 Anggota TNI Diperiksa, 5 Orang Jadi Tersangka
“Mestinya mereka sudah berkomunikasi bagaimana cara menyatukan anggota. Nah sekarang anggotanya jadi salah paham, akhirnya terjadi seperti ini,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait psikologi para tentara, Maruli meyakini tidak ada masalah. Sebab, ketika masuk TNI, mereka semua dicek psikologisnya.
"Jadi Anda kalau kelihatan stabil, tapi lagi laper, lagi pusing, tetap saja emosi kan. Jadi dalam hukum-hukum pun harus kita lihat sisi itu, apa yang terjadi di sana," kata Maruli.
"Kita tarik ke belakangnya, mungkin ada kata-kata yang membuat dia tersinggung, emosi membawa institusi nah itu yang mungkin dalam hukum ada yang akan membuat dia dihukum berat dan atau dia meringankan. Mudah-mudahan tidak ada kelanjutan yang tidak baik,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.