"Pikiran para elite yang berkontestasi tidak boleh terjebak pada kesadaran kekuasaan untuk berkuasa semata, apalagi disertai sikap euforia dan serampangan seolah menjadi pemimpin negara Indonesia itu merupakan pekerjaan gampang dan ringan. Memimpin Indonesia sebagai negara dan bangsa yang besar sangatlah berat tanggung jawabnya,” kata Haedar.
Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat itu juga menyoroti kompleksitas tantangan bangsa, terutama dalam menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045.
Ia menggarisbawahi bahwa kepemimpinan Indonesia ke depan perlu kualitas tertinggi dalam hal integritas, komitmen, pemikiran, ilmu pengetahuan, serta jiwa dan visi kenegaraan yang melintas batas.
"Pemilu 2024 harus menjadi komitmen seluruh pihak agar berjalan luber jurdil, bermartabat, aman, damai, dan terjaga perasatuan nasoinal, pemilu benar-benar diselenggarakan tegak lurus di atas konstitusi, peraturan yang berlaku, serta tidak ada penyimpangan dalam bentuk apa pun,” kata cendekiawan itu.
Haedar Nashir mengingatkan para kontestan pemilu beserta tim dan pendukung agar berkontestasi secara demokratis dan jujur, juga siap menang dan siap kalah secara sportif.
Ia pun mengingatkan, pejabat dan aparat negara agar profesional dan bermoral dalam mengawal pemilu, serta agar penyelenggara pemilu menjaga integritas dan adil ketika bertugas.
Selain itu, Haedar Nashir meminta semua pihak memperhatikan masukan dan kritik tentang kondisi kebangsaan terkini agar terwujud Indonesia yang semakin baik dan berkemajuan.
"Mari seluruh pihak berintropeksi diri atas langkah-langkah yang salah, keliru, dan alpa selama ini. Dengarkan suara dan pesan kebangsaan, sepahit apa pun, dari berbagai pihak yang masih jernih dan objektif dalam meyuarakan kebenaran," kata Haedar.
“Al-Qur’an mengingatkan, di antara ciri-ciri ulil albab atau kaum cerdas cendekia dan memperoleh petunjuk Tuhan, yakni alladzîna yastami‘ûnal-qaula fa yattabi‘ûna aḫsanah, ulâ'ikalladzîna hadâhumullâhu wa ulâ'ika hum ulul-albâb, mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang memiliki mempunyai akal sehat, Az-Zumar ayat 18.”
"Mereka mampu membedakan mana yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, serta yang pantas dan tidak pantas, termasuk dalam kehidupan berbangsa bernegara. Berbagai pemikiran konstruktif maupun kritik tentang kondisii kebangsaan mesti dijadikan gizi dan asupan berhaga yang bermakna dalam memperbaiki dan membangun perikehidupan kebangsaan yang makin baik dan berkemajuan.”
Baca Juga: PP Muhammadiyah Minta Jokowi Cabut Pernyataan Presiden Boleh Kampanye dan Memihak
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.