JAKARTA, KOMPAS.TV - Gerakan Pemuda (GP) Ansor diminta untuk menjadi organisasi yang menjadi penolong Indonesia, bukan malah penolong penguasa.
Hal tersebut disampaikan Mukhlas Syarkun, pengurus GP Ansor periode 2000-2006, menyikapi Kongres GP Ansor XVI yang digelar Jumat (2/2/2024).
"Dawuh KH. Musthafa Bisri di acara Mubes menyudahi teka-teki selama ini khususnya soal posisi NU (Nahdlatul Ulama) dalam menghadapi dinamika tahun politik, bahwa memenangkan capres bukan menjadi urusan NU, tapi memenangkan Indonesia yang menjadi tugas utama NU," kata Mukhlas dalam pernyataan yang diterima Kompas.tv, Jumat.
"Hal ini relevan dan bagian dari aktualisasi sebagaimana konsep Mbah Sahal Mahfudh yang menegaskan, bahwa NU mengemban Siyasatul 'Ulya politik tingkat tinggi (politik kenegaraan), bukan politik kekuasaan, politik rendahan (Siyasatus sufla)," imbuhnya.
Menurut Mukhlas, hal ini juga mengikat GP Ansor sebagai anak kandung NU yang menjadi wadah dan rumah besar bagi aktivitas anak muda yang tersebar di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan sebagainya.
"Nama GP Ansor disematkan kepada organisasi kepemudaan milik Nahdhatul Ulama, adalah sebagai tafa'ul ( berharap baik) harapan besar menjadi kekuatan penolong terhadap mereka yang lemah menjadi kuat, yang bodoh menjadi pintar, yang bercerai-berai menjadi bersatu, dari madharat menuju maslahah," jelasnya.
Selama ini, kata Mukhlas, GP Ansor dalam sejarahnya selalu hadir menjadi penolong ketika Indonesia mengalami masalah.
"GP Ansor selalu di garda depan menjadi bagian penting dari perjuangan bangsa Indonesia menuju sebagaimana cita cita pendiri republik ini," lanjutnya.
"Di saat bangsa dihadapkan pada gerakan PKI, maka GP Ansor membentuk Barisan Serbaguna (BANSER) menjadi penolong membebaskan bangsa Indonesia dari ideologi komunis."
Baca Juga: Buka Kongres GP Ansor, Jokowi: Sudah Dekat Pemilu, Saya Tidak Berani Singgung Angka dan Nama Kapolri
"Ketika era reformasi, GP Ansor menjadi bagian penting dari agenda reformasi, di antaranya mengawal transisi demokrasi."
Mukhlas pun berharap GP Ansor bisa menjadi penolong Indonesia agar bisa selamat dari dinasti dan tirani.
"Namun agenda reformasi belakang ini mengalami distorsi dan demokrasi yang menjadi icon perjuangan NU kini menghadapi ancaman serius, maka wajar kemudian publik berharap agar GP ANSOR tetap menjadi penolong membawa Indonesia selamat dari dinasti dan tirani. Tugas mulia namun berat," pungkasnya.
Ketum GP Ansor yang Baru
Dalam Kongres XVI GP Ansor yang dilangsungkan di atas KM Kelud yang berlayar dari Tanjung Priok, Jakarta menuju Tanjung Emas, Semarang, Jumat, Addin Jauharuddin terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor untuk periode 2024-2029.
Setelah terpilih, Addin menyatakan akan fokus pada pengembangan dua bidang yang menjadi prioritasnya yaitu pembangunan sumber daya manusia dan penguatan ekonomi kader Ansor.
Dia juga berkomitmen untuk melanjutkan program-program yang telah dilaksanakan oleh Gus Yaqut selama kepemimpinannya.
"Melanjutkan apa yang sudah dibangun Gus Ketum, Gus Yaqut," ujar Addin dikutip dari Antara.
Dia menambahkan, kepemimpinannya ke depan bakal membawa Ansor menjadi penggerak agenda besar perjuangan NU.
"Ansor sebagai elemen genetik NU menjadi penggerak dari agenda-agenda perjuangan Nahdlatul Ulama," ucapnya.
Baca Juga: Addin Jauharuddin Terpilih Secara Aklamasi Jadi Ketua Umum GP Ansor 2024-2029
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.