JAKARTA, KOMPAS TV - Bakal capres Ganjar Pranowo menjelaskan agar Indonesia tak terjebak dalam jebakan middle income trap.
Menurut dia, dengan memperhatikan bonus demografi, diperlukan langkah konkrit dalam mempersiapkan masyarakat yang produktif dalam menghadapi jebakan middle income trap.
“Soal Middle Income Trap, sebenarnya hari ini yang mesti dilakukan adalah, satu kita punya kesempatan bonus demografi yang tinggi. Ini masyarakat produktifnya banyak," kata Ganjar dalam keterangannya, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga: Bacapres Ganjar Pranowo Percaya Presiden Jokowi Netral saat Pilpres 2024!
Ganjar menyebut dengan menjaga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi kunci penting yang dapat diwujudkan melalui upaya memperluas akses pendidikan dan memperbaiki layanan kesehatan yang tersedia.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pengoptimalan potensi ekonomi sebagai langkah krusial dalam menghindari jebakan negara berpendapatan menengah.
Ia menilai dalam 10 hingga 13 tahun ke depan dibutuhkan sebuah akselerasi dalam memenuhi tantangan tersebut.
Di antaranya seperti tindakan yang cepat dan efektif, dengan menyiapkan kekuatan secara komprehensif.
Lalu, sistem anggaran yang efisien dan tepat sasaran memegang peran yang penting dalam mendukung langkah-langkah tersebut.
Ganjar menambahkan, perlunya fokus pada sektor pangan yang berdaulat dan kuat, transisi energi yang efisien, serta peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan.
Dengan optimisme, ia menyatakan keyakinannya bahwa dengan upaya yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai tujuan ini, menghadapi middle income trap.
"Kalau bahasanya Pak Jokowi itu kalau sudah dilantik langsung gaspol dan dieksekusi. Dan salah satunya pangan yang harus berdaulat dan tahan."
"Kedua kita bicara transisi energi, yang ketiga kesehatan dan pendidikan. Itu bisa dilakukan anggaran kita mesti bisa naik dan optimal. Saya yakin semua pasti mampu," katanya.
Jebakan middle income trap menjadi perhatian serius bagi Indonesia dalam menjalankan roda perekonomian.
Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai konsekuensi negatif, seperti ketidakstabilan ekonomi yang dapat menyebar ke negara-negara tetangga, terutama di kawasan Asia.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sejak 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan di kisaran 5% secara year on year (yoy).
Di tengah kondisi tersebut, Indonesia juga dihadapkan pada beberapa permasalahan terkait Middle Income Trap yang menjadi fokus utama dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi.
Pertama, pendapatan per kapita yang masih relatif rendah, menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan selama beberapa tahun terakhir.
Kedua, skala industri UMKM yang masih tergolong kecil menjadi hambatan dalam upaya keluar dari perangkap pendapatan menengah.
Ketiga, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah turut mempengaruhi kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global.
Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, sejumlah langkah strategis perlu diambil.
Di antaranya adalah perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta penguatan sektor UMKM melalui penyediaan modal dan pendampingan yang lebih efektif.
Baca Juga: Mahfud MD Temui Jokowi di Istana, Perdana usai Jadi Cawapres Ganjar, Bahas Apa?
Selain itu, investasi dalam peningkatan stok kapital menjadi hal yang krusial, dengan memastikan iklim investasi yang kondusif serta kemudahan dalam berusaha.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.