JAKARTA, KOMPAS TV - Sejumlah fenomena astronomi akan menghiasi langit selama September 2023, setelah sebulumnya pada 30-31 Agustus 2023 telah terjadi fenomena Super Blue Moon.
Fenomena yang tidak kalah menakjubkannya dari Super Blue Moon adalah Harvest Moon. Dikutip dari Farmersalmanac, Harvest moon tersebut akan menjadi supermoon keempat dan yang terakhir pada 2023.
Dilansir timeanddate, nama-nama Bulan Purnama biasanya mencerminkan waktu terjadinya. Maka dari itu, Harvest Moon muncul dan terjadi pada musim panen di Belahan Bumi Utara.
Dinamakan Harvest Moon karena dahulu saat munculnya bulan tersebut, para petani akan mulai memanen tanaman hingga sepanjang malam dengan memanfaatkan cahaya bulan sebagai penerangannya.
Harvest Moon akan terlihat merah saat terbit. Hal ini dikarenakan Bulan Purnama terbit saat Matahari terbenam, dan pembiasan menyebabkan lebih banyak cahaya Matahari berwarna merah yang masuk pada saat itu, sehingga Bulan tampak berwarna merah.
Baca Juga: Satelit NASA Temukan 'Wajah Beruang' di Permukaan Planet Mars
Dikutip Earth Sky, Harvest Moon memiliki karakteristik khusus yang berkaitan dengan waktu terbitnya bulan. Rata-rata, bulan purnama terbit sekitar matahari terbenam, dan terbit sekitar 50 menit kemudian setiap hari. Tetapi ketika bulan purnama terjadi dekat dengan ekuinoks musim gugur, bulan pada malam-malam berikutnya terbit lebih dekat dengan waktu matahari terbenam.
Untuk lintang sedang, bulan hanya terbit sekitar 20 hingga 25 menit lebih lambat setiap hari selama beberapa hari sebelum dan sesudah Harvest Moon.
Untuk lintang utara yang sangat tinggi, bahkan ada lebih sedikit waktu di antara terbitnya bulan yang berurutan. Semakin jauh ke utara tempatmu tinggal, semakin besar efek Harvest Moon.
Sebagai contoh, di Anchorage, Alaska (61 derajat lintang utara), bulan akan terbit pada waktu yang hampir bersamaan selama seminggu.
Perbedaan antara 50 menit dan 25 menit mungkin tidak terlihat banyak. Itu berarti pada malam-malam setelah Harvest Moon, kamu akan melihat bulan terbit di timur relatif tidak lama setelah matahari terbenam. Bulan akan terbit selama atau mendekati senja pada malam hari.
Tentunya hal ini akan menghadirkan cahaya bulan senja hingga fajar selama beberapa malam berturut-turut di sekitar waktu Harvest Moon.
Baca Juga: Penjelajah Antariksa China Zhurong Temukan Tanda-Tanda Air Pernah Ada di Bukit Pasir Planet Mars
Para astronom menjelaskan fenomena Harvest Moon ini dengan mencatat bahwa pada malam hari di bulan September, ekliptika membentuk sudut yang dangkal dengan cakrawala di Belahan Bumi Utara.
Ekliptika adalah jalur yang dilalui Matahari, secara kasarnya, Bulan mengikuti Matahari di langit. Cara lain untuk memikirkan hal ini adalah dengan memikirkan arah kemiringan Bumi.
Sumbu rotasi planet kita adalah garis imajiner yang menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan-miring. Inilah yang menyebabkan bumi mengalami musim: ketika Kutub Utara miring ke arah Matahari, maka itu adalah musim panas di Belahan Bumi Utara; ketika Kutub Utara menjauh dari Matahari, maka itu adalah musim dingin di Belahan Bumi Utara.
Bulan mengorbit Bumi kira-kira sebulan sekali. Pada saat Bulan Purnama, Bulan berada di sisi Bumi yang berlawanan dengan Matahari. Artinya saat Bumi miring ke arah Matahari, Bumi akan miring menjauhi Bulan Purnama.
Baca Juga: Tertarik Tinggal di Planet Lain selain Bumi? Kuliah Umum Daring Ini Bakal Simulasikan Hidup di Mars
Fenomena Harvest Moon kali ini terjadi hampir seminggu setelah equinoks dan akan muncul pada tanggal 29 September 2023, pukul 16:57 waktu Jakarta.
Jika kamu berada di luar Jakarta, kamu tetap bisa melihat jadwalnya di daerahmu dengan melihat situs timeanddate. Jadi, jangan sampai lewatkan fenomena menakjubkan ini, ya!
Sumber : Berbagai sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.