JAKARTA, KOMPAS TV - Bakal capres dari PDIP Ganjar Pranowo terekam lebih memiliki keunggulan di kalangan perempuan dibandingkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Hal itu terpantau dalam survei Litbang Kompas pada Mei 2023. Namun, elektabilitas secara umum Prabowo unggul di posisi 24,5 persen, diikuti Ganjar 22,8 persen, dan Anies Baswedan 13,6 persen.
Dikutip dari Kompas.id, Kamis (25/5/2023), elektabilitas Ganjar di kalangan pemilih perempuan relatif masih bisa bertahan berada di posisi teratas dibandingkan Prabowo dan Anies.
Baca Juga: Prabowo Teratas versi Survei Litbang Kompas, Gerindra: Sosok Ideal Penerus Jokowi
Meskipun demikian, jika melihat tren survei Januari 2023 dan Mei 2023 ini, elektabilitas Ganjar di kalangan pemilih perempuan semakin tipis jaraknya dengan elektabilitas Prabowo.
Potensi keterpilihan Prabowo yang juga Menteri Pertahanan ini meningkat empat persen, dari sebelumnya 15 persen (Januari 2023) menjadi 19 persen (Mei 2023), sehingga hanya selisih 1,8 persen dengan Ganjar.
Padahal pada survei Januari 2023 masih terpaut cukup lebar di 6,1 persen.
Demikian juga dengan elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di kalangan pemilih perempuan yang meningkat 2,5 persen menjadi 15 persen pada survei Mei 2023.
Dinamika politik yang terjadi dalam empat bulan terakhir turut memengaruhi pergeseran potensi keterpilihan capres dalam kelompok pemilih perempuan.
Paling tidak, sebanyak 29,7 persen pemilih loyal perempuan pada Ganjar membuat posisi elektabitasnya tetap teratas, meski sempat muncul pro kontra terkait penolakan tim sepak bola Israel hingga berujung gagalnya penyelenggaran Piala Dunia U-20 di negeri ini.
Jika di survei Mei 2023 ini pamor Ganjar relatif bertahan di kelompok responden perempuan, tidak halnya pada kelompok responden laki-laki.
Di kelompok ini, yang sebelumnya di survei Januari 2023 Ganjar lebih populer karena sebanyak 29,4 persen responden laki-laki lebih memilih Ganjar sebagai bakal capres.
Pada survei Mei 2023, kelompok responden laki-laki bergeser lebih banyak memilih Prabowo.
Tidak heran jika kemudian ada lonjakan dukungan yang cukup signifikan dari kelompok responden laki-laki ini terhadap sosok Prabowo.
Baca Juga: Prabowo Kembali ke Puncak Lampaui Ganjar, Begini Hasil Survei Litbang Kompas
Jika di survei Januari hanya tercatat 21,2 persen pemilih laki-laki yang memilih Prabowo, di survei Mei angkanya menjadi 30,1 persen. Artinya, ada kenaikan hampir 10 persen terhadap elektoral mantan Danjen Kopasus ini.
Jika antara Ganjar dan Prabowo terjadi pergantian posisi, Ganjar yang sebelumnya menguasai dominasi pemilih laki-laki dan perempuan yang kemudian digantikan posisinya oleh Prabowo di kalangan pemilih laki-laki, dan ditempel ketat di pemilih perempuan, hal berbeda terjadi pada Anies.
Anies, yang diusung koalisi Perubahan untuk Persatuan ini cenderung menurun di kalangan pemilih laki-laki, tapi di kalangan pemilih perempuan, dukungannya meningkat atau sama dengan yang dialami oleh Prabowo.
Ibarat kata, di isu pemilih perempuan dan laki-laki, pola yang dialami Anies berada di antara pola yang dialami Ganjar dan Prabowo.
Tentu saja, pada akhirnya, baik kelompok pemilih perempuan dan laki-laki, memiliki kriteria dan kalkulasi sendiri dalam menentukan sosok terbaik sebagai calon presiden.
Hal menarik lainnya selain ada pergeseran orientasi pilihan dari kelompok pemilih perempuan, yang cenderung menipis antara Ganjar dan Prabowo, latar belakang kriteri capres juga mulai bergeser di pemilih perempuan ini.
Sementara kelompok responden laki-laki sejauh ini relatif, militer adalah latar belakang yang banyak dipilih untuk menjadi capres.
Meningkatnya suara pemilih perempuan yang memilih Prabowo yang antara lain pernah menjadi Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) dalam karier militernya, bisa jadi disebabkan pergeseran kriteria latar belakang tokoh yang diinginkan pemilih perempuan.
Pada survei periodik Januari 2023, kurang lebih sepertiga pemilih perempuan (37,4 persen) memilih capres yang memiliki pribadi sederhana dan merakyat sebagai kriteria utama.
Kemudian yang memiliki pengalaman dan prestasi sebagai pemimpin (kepala daerah/menteri/lembaga negara) sebanyak 21,8 persen, lalu berikutnya diikuti kriteria tegas dan berwibawa (21,1 persen).Namun pada survei terbaru kali ini, kriteria tersebut cenderung bergeser.
Pemilih perempuan lebih condong memilih tokoh yang tegas dan berwibawa sebagai kriteria utama menjadi capres. Hal ini diakui 27,5 persen pemilih perempuan dalam survei.
Pengakuan tersebut selaras dengan latar belakang capres yang paling diinginkan berasal dari kalangan militer (TNI/Polri) sebagai representasi sikap tegas dan berwibawa.
Sebanyak 20,9 persen pemilih perempuan kini mengidolakan tokoh dari militer untuk menjadi capres.
Angka tersebut meningkat 3,3 persen dibanding survei empat bulan sebelumnya.
Kriteria latar belakang capres dari militer ini menggeser kriteria utama yang diungkap pemilih perempuan pada survei sebelumnya, yaitu kepala daerah (gubernur/walikota/bupati).
Pada survei Mei 2023, capres berlatar belakang kepala daerah berada di urutan kedua dan mendapat suara 20,1 persen, turun dari 22,4 persen.
Pemilih perempuan juga mempertimbangkan faktor capres yang memiliki pengalaman dan prestasi sebagai pemimpin (kepala daerah/menteri/lembaga negara), mengikuti kriteria sosok yang sederhana dan merakyat yang menjadi kriteria kedua untuk dipilih.
Berubahnya kepala daerah yang paling diidolakan sebagai capres menjadi tokoh berlatar belakang militer, ditengarai ada dampak dari naiknya elektabilitas Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto.
Gerindra berhasil memanfaatkan keunggulan Prabowo dalam citra ketegasan militer dan tetap sejalan dengan arah politik Jokowi hingga elektabilitasnya naik 4,3 persen, tercatat tertinggi sejak survei Kompas Oktober 2019.
Meskipun demikian, dinamika bursa capres masih sangat cair. Berbagai kemungkinan dan perubahan masih bisa terjadi, termasuk sikap politik pemilih perempuan.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas Terkini: Elektabilitas Prabowo, Ganjar dan Anies Ada di Nomor Berapa?
Adapun survei Litbang Kompas yang dilakukan secara periodik melalui wawancara tatap muka ini diselenggarakan pada 29 April-10 Mei 2023. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian lebih kurang 2,83 persen dalam konsisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi. Survei dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.