JAKARTA, KOMPAS.TV - Sistem backup atau cadangan yang baik dinilai bisa membuat gangguan layanan Bank Syariah Indonesia (persero) Tbk atau BSI dapat teratasi. Namun gangguan layanan BSI terjadi selama hampir sepekan.
Lamanya gangguan Layanan ini membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan BSI ke Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lantaran khawatir soal keamanan data dan dana milik nasabah BSI.
Pakar keamanan siber dari CISSReC Pratama Persadha menilai sejatinya BSI bisa lebih cepat mengatasi permasalahan jika memiliki sistem backup yang baik.
Menurutnya faktor lamanya gangguan layanan BSI bukan hanya dari kasus peretasan oleh kelompok yang menamakan diri LockBit, tapi juga masalah di internal.
Baca Juga: BSSN Minta BSI Jelaskan ke Publik soal Dugaan Hacker Retas Data Nasabah
Pratama menjelaskan ada berbagai macam sebab yang membuat kerusakan sistem. Pertama adanya serangan siber.
Kedua permasalahan di perangkat keras atau hardware dan ketiga permasalahan tidak sesuainya sistem yang bekerja dengan backup sistem.
Permasalahan tidak sesuainya sistem yang bekerja dengan backup sistem, sambung Pratama, yang membutuhkan waktu untuk pemulihan.
"Karena ini adalah infrastruktur kritikal harusnya tidak boleh down dalam lebih beberapa jam, harusnya sejam dua jam sudah balik lagi. Nah ini yang harus dicari tahu, kenapa menjadi masalah sampai sepekan," ujar Pratama saat wawancara eksklusif di program Ni Luh KOMPAS TV, Senin (22/5/2023).
Baca Juga: Gara-gara Gangguan Layanan, Erick Thohir Rombak Komisaris hingga Jajaran Direksi BSI
Pratama menambahkan BSI harusnya bisa belajar dari kasus-kasus peretasan sebelumnya. Terlebih digitalisasi ekonomi dan pembayaran menjadi prioritas di Indonesia.
Semisal kasus peretasan di sektor asuransi ada kasus BRI Life. Kemudian peretasan data situs belanja daring Tokopedia, bahkan BPJS dan Telkomsel hingga KPU pernah mendapat serangan siber ransomware.
Menurutnya sebuah lembaga perbankan, asuransi dan lembaga keuangan lainnya harus berpikir bahwa keamanan menjadi prioritas dan membuat sistem keamanan yang benar-benar kuat sehingga tidak bisa ditembus.
"Apa yang terjadi di BSI adalah buntut dari ketidakkuatan kemanan siber kita. Kenapa karena di Indonesia berkali-kali terjadi peretasan, terjadi ransomware yang tidak membuat kita ini belajar," ujar Pratama.
Baca Juga: BSI Selidiki Dugaan Serangan Siber yang Bikin Mobile Banking Sampai Layanan Teller Eror
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.