Baca Juga: Soal APBN 2024, Kemiskinan dan Stunting jadi Fokus Jokowi di Akhir Masa Jabatan
Budi menerangkan, ada tiga upaya orang tua untuk melakukan deteksi dini stunting pada anak.
Pertama, melakukan penimbangan berat badan anak setiap bulan.
Kedua, memastikan berat badan anak naik setiap kali melakukan penimbangan berat badan.
Ketiga, berkonsultasi dengan dokter apabila berat badan anak tidak mengalami kenaikan setiap bulan.
Ia juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi harian anak. Orang tua diimbau memberikan makanan bergizi, terutama yang kaya akan protein hewani, di antaranya telur, ikan, ayam, dan daging sapi.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menerangkan, Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi merupakan bagian dari upaya untuk mendeteksi dini tanda-tanda stunting pada anak balita.
Baca Juga: Cegah Stunting, Jokowi Sentil Kemenkes Beri Biskuit untuk Anak: Jangan Dilakukan Lagi
Melalui gerakan itu pemerintah mendorong orang tua untuk rutin membawa anak mereka ke posyandu atau puskesmas untuk menjalani pengukuran lingkar kepala, berat badan, dan tinggi badan.
"Selain ditimbang dan diukur, juga ada pemberian imunisasi, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A bagi balita, serta penyuluhan kesehatan oleh para kader kesehatan," ujar Muhadjir.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen pada 2021.
"Pemerintah menargetkan prevalensi stunting diharapkan bisa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang," tegas Muhadjir.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.