PVMBG menjelaskan berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai dengan meningkatnya kejadian gempa hembusan dan gempa vulkanik dangkal sejak Juli 2022.
Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada kedalaman dangkal sebagai akibat dari aktivitas hidrothermal. Peningkatan tekanan tersebut menyebabkan meningkatnya kejadian hembusan di Gunung Ijen.
"Peningkatan aktivitas di Kawah Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihan, hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau," jelasnya.
Disampaikan juga bahwa suhu air Kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan atau konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau.
Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas di permukaan air kawah akan muncul. Pengukuran suhu air danau pada 5 Januari 2023 juga menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada Desember 2022.
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Ijen saat ini adalah adalah gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah yang berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen.
Bahaya lainnya, difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan serta erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah.
Atas peningkatan aktivitas tersebut, masyarakat diminta untuk tidak mendekati kawah dalam radius 1,5 kilometer dari bibir kawah.
Sementara masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait juga diminta waspada terhadap ancaman aliran gas vulkanik yang berbahaya.
"Jika tercium bau gas sulfur/belerang yang menyengat/pekat, maka masyarakat agar menggunakan masker penutup alat pernapasan," tegasnya.
Baca Juga: Letuskan Abu Vulkanik Setinggi 3.000 Meter, Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.