Kompas TV nasional hukum

Puslabfor Tak Bisa Periksa Barang Bukti Laptop terkait Tewasnya Brigadir J: Karena Patah 15 Bagian

Kompas.tv - 29 Desember 2022, 19:13 WIB
puslabfor-tak-bisa-periksa-barang-bukti-laptop-terkait-tewasnya-brigadir-j-karena-patah-15-bagian
 Ahli digital forensik dari Puslabfor Polri, Hery Priyanto (kanan), saat menjadi saksi ahli dalam persidangan perkara obstruction of justice pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (29/12/2022). (Sumber: Tangkap Layar Kompas TV)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ahli digital forensik dari Puslabfor Polri, Hery Priyanto, mengungkapkan pihaknya tidak bisa memeriksa laptop yang menjadi salah satu barang bukti dalam kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, karena rusak. 

Adapun laptop tersebut merupakan laptop Microsoft Surface yang sempat digunakan untuk menyimpan salinan rekaman CCTV Komplek Polri Duren Tiga. 

Menurut penjelasan Hery, kondisi laptop saat diserahkan untuk diperiksa sudah dalam keadaan terurai atau patah menjadi beberapa bagian.

Hal ini disampaikannya saat menjadi saksi ahli dalam sidang perkara obstruction of justice atau perintangan proses hukum terkait kasus pembunuhan Brigadir J untuk terdakwa Chuck Putranto, Irfan Widyanto, dan Baiquni Wibowo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (25/12/2022). 

"Barang bukti diterima tanggal 25 Agustus 2022. Dari hasil pemeriksaan kami, kami tidak bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut," kata Hery di ruang sidang. 

"Dikarenakan kondisi barang bukti, setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium, barang bukti telah terurai, atau sebagian retak, patah dan retak menjadi 15 bagian."

Dia juga menyebut berdasarkan analisis secara langsung pada bagian VCD atau mesin utama atau mainboard, laptop tersebut telah patah menjadi tiga bagian.

"Dan bagian prosesor CPU juga terpisah dari bagian media penyimpan atau hard disk yang di dalam, sudah tidak bisa dilakukan pemeriksaan," ujarnya menegaskan.

Hery pun mengaku sudah berupaya maksimal untuk dapat memeriksa barang bukti berupa laptop tersebut.

Namun, karena kondisi laptop yang sudah rusak parah dan terpecah menjadi 15 bagian, membuat Puslabfor Polri tak bisa melakukan pemeriksaan.

Baca Juga: Saat Pengacara Ferdy Sambo Ngotot Jelaskan Bukti, Hakim Ajari Febri Diansyah Aturan Hukum Acara

"Kami sudah berupaya juga, dan memang untuk barang bukti ini memang tidak bisa dilakukan pemeriksaan dikarenakan seluruh bagian daripada komponen utama sudah tidak bisa terkoneksi, atau seluruh bagian sudah patah," jelasnya.

"Apakah bisa ditemukan di situ (laptop) pernah ada data?" tanya Jaksa Penuntut Umum (JPU).

"Tidak bisa kami temukan, karena memang tidak bisa dilakukan pemeriksaan," jawab Hery.

Tak hanya satu unit laptop, Hery juga mengatakan pihaknya juga memeriksa dua barang bukti lain berupa satu unit hard disk eksternal dan satu DVR.

"DVR tidak dapat kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut dikarenakan tidak ada media hard disk," ujarnya. 

Sementara untuk satu hard disk tersebut, dia menemukan informasi berupa satu file video berformat mp4 dengan nama C005-2022-0708160000.mp4.

Adapun video tersebut terkait dengan peristiwa yang mengarah ke rumah terdakwa Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga.

"Kami lakukan pemeriksaan terhadap metadata, frame, dan analisis terhadap video forensik untuk melakukan keaslian pada video file tersebut," ucapnya.

"Hasil analisa dari frame per frame maupun metadata menunjukkan bahwa momen-momen frame tersebut bersifat wajar dan continue yang saling bersesuaian dalam arti pada frame-frame tersebut tidak ditemukan adanya penyusupan maupun pemotongan."

Seperti diketahui, satu laptop Microsoft Surface yang menjadi barang bukti itu sebelumnya rusak karena dipatahkan oleh mantan Wakil Kepala Detasemen (Wakaden) B Biro Paminal Divisi Propam Polri Arif Rahman Arifin.

Hal itu dilakukan Arif atas perintah Ferdy Sambo yang meminta agar ia menghapus file dalam laptop dan merusak barang bukti rekaman CCTV pos pengamanan.

Pasalnya, rekaman CCTV tersebut menunjukkan Brigadir J dalam keadaan hidup. Padahal, dalam skenario awal yang dibangun, Sambo mengaku peristiwa tembak-menembak yang menewaskan Brigadir Yosua terjadi sebelum dia tiba di rumah dinasnya di Duren Tiga. 

Baca Juga: Pakar Pidana: Pengacara Ferdy Sambo Berupaya Melakukan Pembunuhan Karakter Terhadap Richard Eliezer


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x