YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Tak hanya diderita orang-orang lanjut usia, penyakit diabetes juga bisa menyerang remaja.
Melansir dari Kompas.com, angka kasus diabetes pada remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Bahkan akumulasi peningkatan tersebut mencapai 1.000 kasus atau naik sebanyak tujuh kali lipat.
Diabetes adalah kondisi kesehatan kronis yang memengaruhi cara tubuh dalam mengubah makanan menjadi energi. Kondisi ini muncul lantaran terganggunya produksi hormon insulin di pankreas.
Hormon insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk membantu sel-sel, jaringan, dan organ tubuh dalam mengolah glukosa atau gula darah menjadi sumber energi. Jika hormon tersebut tidak berfungsi dengan baik, akibatnya akan terjadi penumpukan gula darah sehingga menimbulkan diabetes.
Baca Juga: Jangan Salah, Diabetes Bukan Hanya Disebabkan Makanan Manis, tapi Juga karena Hal Ini
Pada peringatan Hari Diabetes Sedunia tanggal 14 November 2022 kemarin, Kementerian Kesehatan menyatakan Indonesia sebagai negara ketiga pengonsumsi gula tertinggi di kawasan ASEAN, sehingga banyak menyebabkan penyakit diabetes di masyarakat.
“Kita menduduki peringkat ketiga padahal rekomendasi batasan konsumsi gula yang sudah dituangkan dalam Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 adalah kurang dari 52,5 gram atau setara dengan empat sendok makan per hari,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Eva Susanti dalam Media Briefieng Hari Diabetes Sedunia 2022 di Jakarta, Senin (14/11/2022) dilansir dari Antara.
Eva mengungkapkan, rata-rata 5,5 persen penduduk di Indonesia mengonsumsi gula lebih dari 50 gram per hari. Padahal batas konsumsi yang direkomendasikan berdasarkan usia, yakni sebesar 13,7 persen untuk usia 55 tahun ke atas dan 13,5 persen untuk usia 19-55 tahun.
Berdasarkan gender, laki-laki di Indonesia mengkonsumsi gula lebih tinggi dibandingkan perempuan, yakni sebanyak 15,9 persen banding 7,1 persen.
Diabetes yang menyerang remaja dibedakan menjadi dua tipe, yakni diabetes tipe 1 dan tipe 2. Meskipun demikian, Direktur RSU PKU Muhammadiyah Prambanan, dokter Dien Kalbu Ady mengatakan bahwa gejala dari kedua tipe diabetes tersebut hampir sama.
"Gejala diabetes tipe 1 dan 2 secara umum sulit dibedakan dan sering kali mirip satu sama lain," kata dokter Dien pada 16 Mei 2022, dilansir dari Kompas.com.
Diabetes tipe 1 merupakan tipe diabetes yang lebih sering terjadi pada remaja. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan sel pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik.
"Remaja yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan insulin dalam jumlah sedikit atau tidak sama sekali," terang Dien.
Akibatnya, kadar gula akan meningkat dan merusak organ serta jaringan tubuh.
"Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya diabetes tipe 1 pada remaja belum diketahui. Namun, remaja bisa rentan terkena diabetes tipe1 apabila ia memiliki faktor risiko," tutur Dien.
Faktor risiko yang memicu seorang remaja terserang penyakit diabetes tipe 1, di antaranya:
Baca Juga: Cara Pilih dan Konsumsi Pisang yang Bisa Turunkan Gula Darah Penderita Diabetes
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin. Pada kondisi ini, sel-sel dalam tubuh kesulitan menggunakan insulin untuk memanfaatkan gula darah sebagai energi.
"Pada kasus tertentu, diabetes tipe 2 juga bisa terjadi akibat berkurangnya produksi insulin. Karena terjadinya gangguan tersebut, kadar gula darah dapat meningkat," kata Dien.
Adapun faktor risiko pemicu diabetes tipe 2 pada remaja adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Khasiat Ciplukan, Obat Diabetes hingga untuk Penyakit Paru-paru, Harganya Mahal di Luar Negeri
Penyakit diabetes pada remaja cenderung cepat menimbulkan komplikasi penyakit, seperti jantung, ginjal, dan mata.
"Pengobatannya juga lebih sulit dan kompleks," kata Dien.
Sebab pengobatan metformin yang kerap digunakan sebagai penanganan utama pada pasien diabetes usia lanjut tidak memberikan pengaruh yang baik jika diberikan kepada pasien diabetes berusia remaja.
"Sayang sekali di saat-saat atau masa tubuh sedang produktif, remaja malah harus mengonsumsi obat-obatan dan membatasi aktivitasnya demi mengontrol gula darah agar tidak berlebih," jelas Dien.
Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.