JAKARTA, KOMPAS.TV - Hari ini 11 November, merupakan hari lahir Pangeran Diponegoro yang ke 237 tahun. Diponegoro lahir pada 11 November 1785 menjelang sahur di bulan Ramadan.
Dia merupakan keluarga kerajaan Yogyakarta. Ayahnya bernama Gusti Raden Mas Suraja, yang di kemudian hari naik takhta bergelar Hamengkubuwana III. Sementara ibunya merupakan seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati yang berasal dari Pacitan.
Ketika lahir, Diponegoro diberi nama Bendara Raden Mas Mustahar, yang kemudian diubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya. Nama Islamnya adalah Abdul Hamid. Setelah ayahnya naik takhta, Antawirya diwisuda sebagai pangeran dengan nama Bendara Pangeran Harya Diponegoro.
Baca Juga: 11 November 1785 Pangeran Diponegoro Lahir, "Sang Ratu Adil" Pemimpin Utama Perang Jawa
Kiprah kepahlawan Diponegoro yang paling legendaris adalah mengobarkan Perang Jawa (1825-1830), meski berakhir dengan kekalahan dan penangkapan, namun dampaknya sangat luas bagi tatanan di Jawa dan semangat kepahlawanan di tanah air.
Kehidupan Pribadi
Mengutip dari laman Gramedia, Pangeran Diponegoro dalam kehidupan sehari-harinya adalah pribadi yang menyukai sirih dan rokok sigaret Jawa, yang dilinting khusus dengan tangan, mengoleksi emas, dan berkebun. Tempat semadinya yang berada di Selarejo dan Selarong juga ditanaminya berbagai bunga dan sayur-sayuran.
Untuk urusan rumah tangga, setidaknya dia menikah sebanyak delapan kali dalam hidupnya. Dia pertama kali menikah pada usia 27 tahun dengan Raden Ayu Retno Madubrongto, seorang guru agama dan putri kedua dari Kiai Gede Dadapan. Melalui hasil pernikahan ini, Diponegoro memiliki anak laki-laki bernama Putra Diponegoro II.
Pada 27 Februari 1807, Diponegoro menikah untuk kedua kalinya dengan putri dari Raden Tumenggung Natawijaya III, seorang bupati dari Panolan Jipang, Kesultanan Yogyakarta, bernama Raden Ajeng Supadmi. Pernikahan itu merupakan permintaan dari Sultan Hamengkubuwana III.
Diponegoro kemudian bercerai tiga tahun setelah pernikahannya tersebut dan dianugerahi seorang anak bernama Pangeran Diponingrat, yang memiliki sifat arogan menurut Putra Diponegoro II.
Pernikahan ketiga terjadi pada 1808 dengan R.A. Retnadewati, seorang putri kiai di wilayah selatan Yogyakarta. Hal ini dikarenakan istri pertama dan ketiganya, yakni Madubrongto dan Retnadewati, meninggal ketika Diponegoro masih tinggal di Tegalrejo.
Dia kemudian menikah kembali pada 1810 dengan Raden Ayu Citrawati, putri dari Raden Tumenggung Rangga Parwirasentika dengan salah satu selir.
Namun, istrinya itu meninggal tidak lama setelah melahirkan anaknya akibat kerusuhan di Madiun. Sang bayi kemudian diserahkan kepada Ki Tembi untuk diasuh dan diberi nama singlon (nama samaran) yang terkenal dengan nama Raden Mas Singlon.
Diponegoro menikah untuk kelima kalinya pada 28 September 1814 dengan Raden Ayu Maduretno, putri dari Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretna (putri Sultan Hamengkubuwana II).
Istrinya yang kelima merupakan saudara seayah dengan Sentot Prawiradirdja, tetapi lain ibu. Raden Ayu Maduretno diangkat menjadi permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton I pada 18 Februari 1828, ketika Pangeran Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid.
Pada Januari 1828, dia menikah untuk keenam kalinya dengan Raden Ayu Retnoningrum, putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II. Dia menikah ketujuh kalinya dengan Raden Ayu Ratnaningsih, putri Raden Tumenggung Sumaprawira, seorang bupati Jipang Kepadhangan. Adapun pernikahan terakhirnya, yang kedelapan, adalah dengan R.A. Retnakumala, putri Kiai Guru Kasongan.
Baca Juga: Kisah Sedih Pangeran Diponegoro di Pengasingan, Dipisahkan dari Keluarga dan Ditinggal Mati Anaknya
Dari beberapa kali pernikahannya tersebut, Diponegoro memiliki 12 putra dan lima orang putri, yang saat ini seluruh keturunannya hidup tersebar di berbagai penjuru dunia, termasuk Jawa, Madura, Sulawesi, Maluku, Australia, Serbia, Jerman, Belanda, dan Arab Saudi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.