Indro menyebut, pada malam hari, terdapt kemungkinan aparat keamanan terlalu lelah sehingga secara emosional mengganggu tugas.
"Pihak PSSI dan PT LIB jangan hanya memikirkan mengenai hak siar, tetapi harus memikirkan keamanan dan kenyamanan suporter dalam menyaksikan pertandingan,” kata Indro.
Lebih lanjut, Sodik menyoroti perlakuan keras aparat terhadap suporter di Stadion Kanjuruhan. Kerusuhan di Kanjuruhan sendiri bermula ketika sebagian suporter menyerbu masuk lapangan.
Baca Juga: Gas Air Mata Picu Ratusan Kematian di Lima 1964 dan Accra 2001, Polisi di Kanjuruhan Mengulanginya
Aparat menghalau para suporter dengan pentungan dan tembakan gas air mata. Aparat keamanan pun menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.
Sodik menduga perlakuan aparat keamanan kepada suporter kelewat keras.
“Saya lihat di TV tadi, ada penonton yang masuk (lapangan), kemudian dia sudah aman, dia akan kembali -saya dengan asumsi bahwa itu sudah benar, ya- itu ditendang kok (oleh aparat). Dia sudah mau kembali baik-baik dari lapangan itu ditendang,” kata Sodik.
Mengenai tembakan gas air mata, Sodik menyebutnya menjadi hal fatal yang berpotensi menyebabkan tragedi.
"Penggunaan gas air mata itu melanggar aturan dari FIFA. Kedua, jika informasinya benar, (polisi) bukan hanya menyemprot yang berada di lapangan, tetapi menyemprot yang ada di tribun agar tidak masuk. Saya kira ini dua hal yang sangat fatal,” kata Sodik.
Baca Juga: Presiden FIFA Keluarkan Pernyataan atas Tragedi Kanjuruhan: Ini Hari yang Gelap bagi Semua
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.