JAKARTA, KOMPAS.TV - Sayuti Melik dipercaya untuk mengetik naskah proklamasi 17 Agustus 1945 di rumah Laksamana Maeda. Lelaki yang bernama lengkap Mohamad Ibnu Sayuti ini, perannya sangat menonjol menjelang detik-detik proklamasi dibacakan.
Kala itu, Sayuti merupakan anak muda dari kelompok Menteng 31 yang juga ikut membantu Soekarno. Ditemani oleh wartawan BM Diah, Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang bawah dekat dapur rumah Laksamana Maeda.
Saat proses pengetikan naskah, Sayuti Melik melakukan perubahan tiga kata, yakni kata 'tempoh' diganti menjadi 'tempo'. Kata 'wakil-wakil Bangsa Indonesia' diubah menjadi 'Atas Nama Bangsa Indonesia' serta pengubahan tulisan bulan dan hari.
Baca Juga: Sejarah Nasi Goreng, Menu yang Jadi Saksi Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI
“Saya berani mengubah ejaan itu adalah karena saya dulu pernah sekolah guru, jadi kalau soal ejaan bahasa Indonesia, saya merasa lebih mengetahui daripada Bung Karno,” kata Sayuti Melik.
Setelah proklamasi kemerdekaan, lelaki kelahiran Kadisobo, Rejodani, Sleman, Yogyakarta pada 22 November 1908 itu, menghabiskan waktunya sebagai anggota MPRS dan DPR-GR serta menjadi Cendekiawan. Pada 1961, ia menerima Bintang Maha Putera Tingkat V.
Namun, meski dekat dengan Soekarno, tetapi dia juga berseberangan paham dengan Presiden pertama itu, terutama terkait gagasan Nasakom dan presiden seumur hidup buat Soekarno.
Memasuki era Orde Baru, Sayuti menjadi orang kantoran, bahkan menerima tawaran main film.
Dikutip dari majalah Intisari 5 Maret 1976, berkecimpungnya Sayuti ke dunia film terjadi secara tidak sengaja.
Mulanya, ketika sedang duduk di kantornya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, dia melihat di balik jendela ada sekelompok orang dengan lampu sorot ke satu arah. Terlihat dari sebuah papan syuting film "Setan Jalanan". Sang sutradara yang tahu Sayuti sedang memperhatikan, tanpa pikir panjang mengajak bermain.
Peran yang diberikan adalah sosok ayah bagi Bing Slamet yang sudah terkenal sebagai bintang film kala itu. Tanpa pikir panjang, Sayuti menerima peran itu tanpa teken kontrak.
Esok harinya dia berangkat bersama sejumlah kru film ke Bogor untuk syuting, tanpa tahu apa yang harus diperbuat dan cerita apa yang akan dimainkan.
Namun, kepercayaan dirinya yang tinggi membuat dia bisa main cepat dengan arahan sutradara di lokasi syuting. Tanpa polesan wajah, dia tampil apa adanya dengan rambut yang sudah memutih dan gigi tinggal dua.
Setelah main dalam film "Setan Jalanan", suami dari tokoh perempuan SK Trimurti ini juga tampil dalam film "Cewe Bandung", meski hanya sebagai figuran dan tampil sekali saja.
Walau bermain film hanya sekadar mengisi waktu senggang di tengah kesibukan sebagai anggota DPR, namun hal itu mendapat dukungan dari keluarga dan tetangga. Karena itu, Sayuti pernah mengatakan dia mau main film asal peran itu cocok dengan dirinya.
Rupanya, berakting tidak benar-benar baru baginya. Sebab, sewaktu remaja, ia pun pernah naik panggung wayang orang sebagai raksasa, baik lakon versi Jogjakarta atau Solo.
Atas perannya dalam film, Pak Yuti, demikian orang-orang memanggilnya kala itu, mendapatkan uang lelah yang tak seberapa. Namun dia mengaku senang. Bahkan tetangga-tetangganya pun melihat wajahnya di bioskop dan televisi.
Baca Juga: Bacakan Teks Proklamasi yang Ditulis dan Dibaca Soekarno, Ini Kata Puan Maharani
Sayuti Melik meninggal dunia di Jakarta pada 27 Februari 1989 dalam usia 80 tahun.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.