JAKARTA, KOMPAS.TV - Jelang Hari Raya Iduladha 1443 H, masyarakat Jawa Timur, khususnya di Pulau Madura, melaksanakan tradisi Toron.
Tradisi Toron merupakan kegiatan mudik yang dilakukan masyarakat Madura yang merantau jelang Hari Raya Iduladha.
Selain dilakukan menjelang Hari Raya Iduladha, tradisi Toron ini juga dilakukan saat Idulfitri dan Maulid Nabi.
Baca Juga: Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Dikabarkan Akan Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal Esok Hari!
Tradisi Toron menjadi istimewa karena menunjukkan sifat warga Madura yang mempunyai ikatan kuat dengan kampung halaman tempat mereka dilahirkan.
Toron sendiri merupakan perkembangan dari kata 'toronan' atau dalam bahasa Indonesia berarti keturunan atau turunan.
Dalam makna lain, tradisi Toron merupakan upaya merawat 'toronan keluarga'.
Budayawan Madura, Abrari Alzael menjelaskan bahwa tradisi Toron yang dilakukan warga Madura dibedakan menjadi dua.
Baca Juga: Pemudik Padati Stasiun Senen, Tradisi Toron di Sumenep Hingga Ramainya Taman Margasatwa Ragunan!
Pertama adalah Toron yang berarti turun atau pulang ke kampung halaman.
Kedua, Toron Tana yang berarti turun ke tanah. Toron Tana adalah tradisi ritual bagi masyarakat Madura sebagai tanda bahwa seorang bayi sudah dibenarkan dapat menyentuh tanah pertama kali. Biasanya, saat bayi berumur 7 bulan atau saat bayi belajar merangkak.
"Jadi mudik di Madura itu, tidak hanya Idulfitri saja, tetapi saat Iduladha, Maulid Nabi, hajatan, famili haji, kelahiran. Kemudian ketika ada keluarga yang wafat, maka orang Madura yang sedang merantau pasti pulang kampung," ujar Abrari dikutip dari Kompas.com, Sabtu (9/7/2022).
Baca Juga: Kisah Tukang Becak asal Madura Naik Haji, Bermodalkan Emas dan Arisan Istri
Sosiolog Universitas Airlangga, Bagong Suyanto menjelaskan tradisi Toron dimaknai perantau Madura sebagai cara mereka menyambung kekeluargaan setelah kembali dari perantauan.
Seiring waktu, Toron kemudian dipandang sebagai sebuah tuntutan sosial bagi para perantau asal Madura agar tidak lupa kampung halaman.
Ketika Iduladha, orang Madura memaknainya sebagai waktu untuk bersedekah yang secara kultural mendorong masyarakat Madura merasa harus pulang.
"Momentum Iduladha juga dimaknai orang Madura agar tidak lupa pada asal usulnya. Merefleksikan kekerabatan dan kohesi sosial masyarakat Madura," ujar Bagong.
Bagong menjelaskan, masyarakat Madura yang merantau biasanya bertujuan menaikkan taraf perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan di luar Madura.
Baca Juga: Tradisi Toron Madura, Kini Sepi Karena Pandemi Covid-19
Ketika kondisi perekonomiannya sudah membaik, orang Madura semacam memiliki kewajiban untuk tidak melupakan tanah leluhurnya.
Saat mudik atau nyambung bheleh, biasanya para perantau dari Pulau Madura ini membawa terateran atau oleh-oleh yang ditujukan untuk tetangga, keluarga, dan ulama.
Hal inilah yang membuat tradisi Toron tak bisa dilepaskan dari masyarakat Madura yang merantau.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.