Ia pun menyebut, dari partai-partai Islam yang ada sekarang ini, praktis cuma PKB yang terang-terangan menawarkan nama capres, yakni ketum mereka, Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Tapi, kata Hanif, elektabilitas dia rendah dan itu cukup berat mengangkat partai-parti Islam.
“Cak Imin punya partai PKB, tapi secara personal, rendah sekali elektabilitasnya," ujarnya.
Apalagi, kata dia, dinamika terakhir, PKB sepertinya akan memilih gabung dengan partai nasionalis.
Padahal, sebelumnya seperti sudah cocok koalisi dengan PKS dan mengusung koalisi bernama Semut Merah.
“Dinamika terakhir menerima jadi cawapres Prabowo, koalisi Gerindra-PKB. Ini lebih berpotensi," ujarnya.
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, partai-partai Islam cenderung stagnan secara elaktabilitas berdasarkan Survei Litbang Kompas yang dikeluarkan Juni 2022 ini.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), misalnya, menunjukkan angka elektabilitas 5,4 persen.
Bahkan PKS, jika dibandingkan dengan hasil survei pada Januari lalu, yakni 6,8 persen, elektabilitas PKS menunjukkan penurunan.
Hal yang sama juga berlaku bagi PKB yang cenderung turun meski kecil, dengan 5,5 persen (Januari), dan 5,4 persen (Juni).
Penurunan elektabilitas juga terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dari 2,8 persen pada survei Januari lalu, menjadi 2,0 persen pada Juni 2022.
Hanya Partai Amanat Nasional (PAN) yang naik dari 2,5 persen di survey Januari, dan sekarang menjadi 3,6 persen.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.