JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengadilan Negeri Tangerang kembali mengelar sidang perkara kebakaran Lapas Kelas 1 Tangerang, Selasa (15/2/2022).
Dalam sidang dengan agenda pemeriksaan saksi ini, jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan mantan Kepala Lapas Tangerang Victor Teguh Prihartono.
Sejumlah fakta terungkap saat Victor dimintai keterangan terkait kebakaran yang menewaskan 49 narapidana penghuni Lapas Tangerang itu.
Fakta yang terungkap mulai dari tidak adanya alat pemadam api ringan (APAR) di Blok C2 saat kebakaran hebat terjadi pada 8 September 2021, hingga adanya pencurian listrik yang dilakukan warga binaan.
Baca Juga: Datangi Komnas HAM, Keluarga Korban Kebakaran Lapas Tangerang Adukan 7 Temuan
Dalam keterangannya di persidangan, Victor menjelaskan jumlah APAR di Lapas Tangerang sebanyak delapan unit.
Namun untuk Blok C tidak terdapat APAR. Adapun kebakaran Lapas Tangerang terjadi di Blok C2 yang berada di Blok C.
Fakta selanjutnya yakni Victor mengaku tidak pernah menggelar simulasi kebakaran sebelum lapas itu terbakar hebat pada 8 September 2021.
Hal itu diungkap Victor saat majelis hakim menanyakan terkait simulasi kebakaran. Ia menjelaskan, simulasi kebakaran tak pernah dilakukan karena sudah ada standar operasi prosedur (SOP) saat kebakaran terjadi.
Baca Juga: Pengakuan Napi Lapas Tangerang: Bayar Rp5.000 agar Bisa Tidur di Aula, Kalau Kamar Rp1 Sampai 2 Juta
Dalam SOP tersebut sudah diatur tentang apa yang harus dilakukan pegawai lapas saat kebakaran terjadi.
"Karena di situ ada SOP, kemudian ada orang melakukan apa, termasuk petugas jaga," ujar Victor saat bersaksi, Selasa, dikutip dari Kompas.com.
Hakim kemudian menanyakan soal SOP kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang.
Victor menjelaskan ada dua hal yang harus dipastikan saat kebakaran terjadi. Pertama, meminimalisir korban jiwa. Kedua, mengisolasi narapidana agar tidak melarikan diri dari lapas.
Baca Juga: Sidang Perdana Kasus Kebakaran Lapas Kelas I Tangerang Digelar
Dalam persidangan, Victor menjelaskan dirinya meninggalkan Lapas Tangerang pukul 01.00 WIB. Setelah sampai di rumah dan beristirahat sekitar setengah jam, dirinya mendapat laporan adanya kebakaran di dalam lapas.
Hakim juga sempat menanyakan soal Yoga Wido Nugroho, terdakwa kasus kebakaran Lapas Tangerang.
Menurut Victor, saat lapas terbakar, petugas Yoga tidak ada di Blok C melainkan di dapur. Jarak antara dapur dan blok C sekitar 200 meter.
Hakim kemudian menanyakan jarak antara dapur dan pos utama, tempat di mana kunci blok di lapas itu disimpan. Kunci Blok C2 juga disimpan di pos utama.
Baca Juga: Napi Lapas Narkotika Pangkalpinang Kabur Panjat Tembok Setinggi 6 Meter
Menurut Victor, jarak antara dua tempat itu sekitar 300-400 meter. Keduanya terletak di tempat yang berjauhan karena dapur berada di area belakang lapas dan pos utama berada di area depan lapas.
"Kalau Blok C menuju pos utama?" tanya hakim.
"200-an meter, melalui tiga pintu," ujar Victor.
Victor menjelaskan, usai memastikan narapidana tertidur, Yoga atau penjaga blok lain wajib menyetorkan kunci ke pos utama. Saat kebakaran terjadi, Yoga harus mengambil kunci Blok C2 di pos utama.
Victor menyebut, Yoga mengembalikan kunci Blok C2 sebelum dia ke dapur.
Baca Juga: Sakit Hati Ketika Berada di Lapas, Mantan Napi Bakar Mobil Dinas Petugas Terkait
"Intinya saat itu (Yoga) tidak ada di TKP?" tanya hakim.
"Siap (Yoga tak ada di TKP)," ujar Victor.
Hakim juga menanyakan terkait barang elektronik yang dilarang masuk ke lapas serta inspeksi yang dilakukan.
Victor menjelaskan, beberapa inventaris lapas yang disiapkan di dalam yakni kipas angin, televisi untuk hiburan dan dispenser.
Namun usai peristiwa kebakaran, ditemukan barang elektronik yang dilarang, seperti kabel-kabel colokan, hingga penanak nasi.
Baca Juga: Pengakuan Napi Lapas Cipinang: Bayar Rp30 Ribu per Minggu untuk Bisa Tidur Beralas Kardus
Menurut Victor, pihaknya sudah sering melakukan sidak di hunian narapidana. Saat pihak lapas menyidak, kondisi hunian tergolong rapi alias tak ditemukan narapidana yang mencuri daya listrik.
Namun, saat ada celah, sebagian besar narapidana secara diam-diam mencolong daya listrik dengan cara menyambungkan satu stop kontak dengan beberapa terminal lainnya.
"Saya sering ke dalam (hunian narapidana). Pada saat kita melihat, situasi normal, rapi semua," ujar Victor.
"Begitu ada yang lengah atau hunian terkunci, dia (narapidana) bisa menggunakan kabel, berani nyantolin (beberapa terminal ke stop kontak), ini ulah sebagian besar narapidana," sambung dia.
Baca Juga: Kemenkumham Bangun 3 Lapas di Nusakambangan, Yasonna: 2 Lapas untuk Napi Teroris dan Bandar Narkoba
Saat menemukan narapidana yang mencolong daya listrik, menurut Victor, pihaknya akan menyita terminal-terminal itu.
"Diambil alih, disita," ujar Victor.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.