JAKARTA, KOMPAS.TV - Pidato Kepala Staf TNI AD (KSAD) Dudung Abdurachman mengenai ancaman radikalisme dinilai sebagai upaya bersih-bersih dari paham radikal.
Direktur Eksekutif Jaringan Moderate Indonesia (JMI), Islah Bahrawi, menjelaskan saat ini paham radikal dengan gampang masuk ke pribadi seseorang melalui telepon gengam. Termasuk juga prajurit TNI.
Menurutnya hasil survei empiris menyatakan kelompok radikal sudah masuk ke dalam entitas Polri dan TNI dengan angka yang fantastis yakni bisa mencapai puluhan ribu yang terpapar paham radikal.
Baca Juga: KSAD Dudung Sebut Perkembangan Kelompok Radikal di Indonesia Dalam Hitungan Menit
Jika hal ini dibiarkan, maka potensi kehancuran negara sangat besar. Sebab keduanya merupakan komponen utama dalam stabilitas keamanan negara. Apalagi TNI dan Polri dibekali persenjataan.
"Jadi perlu penegasan dan penguasaan secara internal di tubuh Polri maupun TNI untuk membersihakn ladangnya sendiri sebelum membersihkan orang lain dari paham radikalisme. Ini penting sekali," ujar Islah di program Kompas Petang KOMPAS TV, Rabu (26/1/2020).
Islah menambahkan penegasaan Jenderal Dudung terkait ancaman radikal harus disadari dan diikuti oleh seluruh elemen masyarakat.
Menurutnya jika ancaman radikalisme ini hanya dianggap sebelah mata, maka peluang penyusupan paham radikal di masyarakat akan semakin tinggi.
Baca Juga: KSAD Dudung Minta Prajurit Tahu Sampai Koordinat di Mana Kelompok Radikal Berada
Islah mencontohkan negara seperti Suriah, Afganistan, Somalia, Nigeria yang sebelumnya abai terhadap ancaman radikalisme kini direpotkan dengan konflik dalam negeri.
Ia juga mengingatkan radikalisme tidak selalu bersangkutan dengan agama, tapi juga bisa berbasis kepentingan dan orientasi politik.
Hal tersebut bisa saja dimanfaatkan berbagai kelompok dalam membangun kebencian untuk dibenturkan satu sama lain.
Baca Juga: Pidato Jenderal Dudung Soal Radikalisme Dapat Dukungan dari Ketua MKI dan Direktur JMI
"Inti dari radikalisme itu menyuarakan dan memunculkan militansi kebencian terhadap pihak lain, entah apa pun basisnya. Radikalisme tidak berdiri sendiri di situ ada kebutuhan yang berusaha diantarkan, ada massa yang bisa dikumpulkan, maka benturan satu sama lain tidak terelakkan. Ini pola-pola radikalisme yang selama ini terjadi di Indonesia," ujar Islah.
Sebelumnya KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengingatkan prajurit TNI untuk mewaspadai ancaman radikalisme yang perkembangannya amat cepat, bahkan dalam hitungan menit.
Jenderal Dudung juga menjelaskan kelompok radikal kini telah memasuki beberapa elemen masyarakat, salah satunya adalah elemen mahasiswa.
Untuk itu mantan Pangkostrad ini meminta komandan satuan menyiapkan langkah antisipasi, kewaspadaan agar prajurit TNI AD siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Baca Juga: Waspada! Penyebaran Radikalisme di Internet Meningkat Luar Biasa
"Oleh karena itu, jangan ragu, harus tahu tempat sampai koordinat di mana kelompok radikal berada. Hingga suatu ketika nanti saatnya yang tidak memungkinkan kalian tahu di mana," ujar Dudung saat memimpin apel gelar pasukan yang diikuti 2.655 prajurit TNI AD wilayah Jabodetabek di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (25/1/2022).
Dudung juga memerintahkan prajuritnya agar dapat memegang teguh Pancasila dan melakukan antisipasi terhadap perkembangan situasi dan perkembangan media sosial.
Ia menegaskan tidak segan untuk menindak secara hukum kepada prajurit yang terpapar kelompok radikal.
"Jangan terkecoh dengan perkembangan di media sosial, bahkan jangan coba-coba apabila ada kelompok radikal yang masuk di tubuh TNI AD," ujarnya.
Baca Juga: BNPT Temukan 600 Akun Medsos Berpotensi Radikal, 40 di Antaranya Berisi Pendanaan Terorisme
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.