Hujan meteor Chi-Orionid adalah hujan meteor minor dengan titik radian di dekat bintang Chi-Orionis konstelasi Orion.
Meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit matahari dengan periode 3,35 tahun.
Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenam matahari) waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah timur hingga barat.
Untuk intensitasnya di Indonesia mencapai 2,5-2,9 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote). Hal itu karena titik radiannya berkulminasi pada ketinggian 59-76 derajat di arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.
Bulan yang berada di sekitar zenit saat titik radian sedang terbit menyebabkan intensitas hujan meteor ini akan sedikit berkurang.
Namun, hujan meteor ini masih bisa dilihat jika cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya.
Komet C/2021 A1 Leonard merupakan komet berperiode panjang. Komet ini ditemukan oleh G.J. Leonard di Observatorium Mount Lemmon pada 2 Januari 2021.
Periode komet ini mencapai 80.000 tahun dengan kemiringan orbit 132,68 derajat atau bergerak secara retrograd.
Komet ini akan melintas dekat bumi pada 12 Desember, dengan jarak terdekatnya dari bumi sejauh 0,233 satuan astronomi (sa) atau 34,857.000 km.
Saat melintas dekat Bumi, magnitudo komet Leonard mencapai +1,2 yang menandakan bahwa komet ini dapat disaksikan tanpa menggunakan alat bantu optik.
"Sayangnya komet ini hanya dapat disaksikan oleh wilayah pada lintang 29 derajat LU atau lebih tinggi dari arah timur dekat konstelasi Ofiukus. Sehingga, komet ini tidak dapat disaksikan di lintang rendah dan belahan selatan, termasuk Indonesia," kata Andi.
Sigma-Hydrid merupakan hujan meteor minor dengan titik radian di dekat bintang Sigma Hydrae konstelasi Hydra yang berbatasan dengan konstelasi Monoceros.
Hujan meteor ini dapat disaksikan mulai pukul 21.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah Timur hingga Barat.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu benda langit yang tidak diketahui dan pertama kali diamati oleh Richard E. McCrosky dan Annette Posen.
Di Indonesia, intensitas hujan meteor ini berkisar antara 2,9-3 meteor/jam (Sabang sampai P. Rote). Hal itu karena titik radian berkulminasi pada ketinggian 77-90 derajat arah utara dan 86-90 derajat arah selatan, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.
Baca Juga: Tengah Malam Ini, Puncak Hujan Meteor Perseid Dapat Disaksikan Langsung di Seluruh Indonesia
Pastikan cuaca cerah dan bebas penghalang maupun polusi cahaya untuk menyaksikan hujan meteor ini.
Hujan meteor Geminid merupakan hujan meteor utama dengan titik radian di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) konstelasi Gemini.
Sumber dari hujan meteor ini adalah sisa debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB) yang mengorbit matahari dengan periode 523,6 hari.
Menurut Andi, hujan meteor ini dapat disaksikan mulai pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah timur laut hingga barat laut.
Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia cukup besar, yakni berkisar 86 meteor/jam (Sabang) hingga 107 meteor/jam (P. Rote).
Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 46-63 derajat arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat zenit sebesar 120 meteor/jam. Untuk menyaksikan hujan meteor ini juga dipastikan dalam kondisi cuaca cerah.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.