JAKARTA, KOMPAS.TV – Sejumlah laboratorium penyedia layanan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Indonesia terpaksa tutup akibat pemberlakuan satu harga tes PCR.
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (Gakeslab), Randy H Teguh, Minggu (14/11/2021).
“Kalau data dari teman asosiasi laboratorium klinik, sudah 20 persen anggota mereka yang memberikan layanan PCR sudah tutup,” ucapnya dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Minggu (14/11/2021).
Mengenai penentuan satu harga untuk tes PCR tersebut, Randy menganalogikan dengan perlakuan satu harga tarif seluruh moda transportasi, mulai dari pesawat, kereta api, hingga bus malam.
Baca Juga: KPPU Minta Pemerintah Lebih Transparan Soal Perhitungan Harga Eceran Tertinggi Tes PCR
Menurutnya, penentuan satu tarif untuk seluruh moda transportasi tidak mungkin bisa dilakukan, karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
“Maksud saya, kan ada pesawat, kereta, bus malam, travel, kan enggak mungkin semua satu harga. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan,” tegasnya.
Hal yang sama berlaku pada tes PCR, yang menurutnya menggunakan bermacam-macam teknologi, mulai dari open system, close system, manual, otomatis, prosesnya satu kali, dua kali proses, dsb.
“Itu kan kalau ditetapkan satu harga kan kasihan.”
Dia juga menanggapi pernyataan narasumber lain dalam acara itu, yakni Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo, yang menyebut bahwa berdasarkan data pemerintah tidak ada penurunan signifikan terhadap tes PCR.
Menurut Randy, saat ini tes PCR memang masih ada, tetapi harus dicek berapa banyak laboratorium yang menggunakan close system yang tutup akibat kebijakan tersebut.
“Saya juga enggak tahu apakah masih bertahan lama. Karena memang ternyata ada masalah bagi teman-teman lab.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.