JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam sebuah laporan di Inggris, Demensia disebut penyakit yang lebih banyak menyebabkan kematian bagi perempuan daripada Covid-19.
Dilansir dari Sunday Times, laporan itu menyebutkan bahwa Demensia membunuh 45.922 perempuan dalam 12 bulan tahun lalu.
Angka tersebut menjadikan demensia adalah penyebab kematian 15,3 persen perempuan di Inggris.
Di Inggris, demensia memengaruhi 850.000 orang dan hingga kini tidak ada obatnya.
Lantas, apalah demensia itu? Bagaimana gejala demensia?
Baca Juga: Penyintas Covid-19 Wajib Waspadai Gejala "Long Covid" yang Bisa Terjadi
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan gejala-gejala sekelompok penyakit yang memengaruhi otak. Ini bukan satu penyakit yang spesifik.
Demensia memengaruhi cara berpikir, kelakuan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan biasa sehari-hari.
Fungsi otak cukup banyak terpengaruh sehingga mengganggu pergaulan dan pekerjaan normal penderita.
Tanda khas demensia adalah ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan kognitif (mengenali).
Dokter membuat diagnosa demensia jika dua atau lebih dari fungsi kognitif cukup terganggu.
Fungsi kognitif yang terganggu dapat termasuk daya ingat, kemampuan berbicara, memahami informasi, kemampuan memahami ruang gerak, menilai dan memberi perhatian.
Orang yang menderita demensia mungkin mendapat kesukaran mengatasi persoalan dan mengendalikan emosi mereka.
Mereka juga mungkin mengalami perubahan kepribadian. Apa tepatnya gejala-gejala yang dialami orang yang menderita demensia tergantung pada tempat-tempat di otak yang rusak oleh penyakit yang menyebabkan demensia itu.
Pada banyak jenis demensia, beberapa dari sel-sel syaraf di otak berhenti berfungsi, kehilangan sambungan dengan sel-sel lain, dan mati.
Sumber : Sunday Times/dementia.org.au
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.