Baca Juga: Prakiraan Senin 26 April 2021, BMKG Sebut Sebagian Wilayah Ini Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem
“Seperti pesan Bapak Presiden Joko Widodo, pencegahan, pencegahan dan pencegahan. Dalam kesempatan ini, saya kembali tegaskan pentingnya pencegahan dan mitigasi dalam upaya penanggulangan bencana. Mitigasi harga mati,” ujar Doni.
Doni mengatakan, masyarakat saat ini dapat belajar dari berbagai kearifan lokal untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Laki-laki kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu memberi contoh kisah sepasang suami istri di Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Suami istri bernama Baba Akong dan Mama Nona menanam mangrove usai tsunami tahun 1992. Mereka berhasil mengelola 40 hektar hutan mangrove sebagai bentuk kesadaran mitigasi bencana tsunami.
Doni Monardo juga menyebut kearifan lokal “smong” di Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam.
“Sejak tsunami yang merenggut banyak korban tahun 1907, mereka menciptakan budaya tutur melalui lagu 'smong' yang artinya tsunami dan terbukti pada tsunami tahun 2004, sebagian besar dari mereka selamat,” tutur Doni.
Baca Juga: Belajar dari Tsunami Corona di India, Protokol Kesehatan jangan Kendor
Dari berbagai pengalaman dan kearifan lokal itu, Doni berharap masyarakat Indonesia dapat mulai melakukan latihan evakuasi bencana secara mandiri.
“Saya berharap masyarakat semakin tangguh, tanggon dan trengginas menghadapi bencana,” katanya.
"Lebih dari itu, muncul kesadaran dari lubuk hati yang paling dalam pada setiap warga negara tentang pentingnya sadar bencana dengan protokol kesehatan yang ketat mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir," pungkas Doni.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.